Telan Rp1,6 Triliun, Bendungan Berkapasitas 98 Juta M3 di Konawe Sulawesi Tenggara Rampung Lebih Cepat Berkat Gunakan Sistem Digital BIM, Apa Itu?

inNalar.com – Proyek Strategis Nasional atau PSN bendungan yang sebentar lagi bakal diresmikan Presiden Jokowi bakal bertambah satu lagi di tahun 2023.

Bendungan Ameroro yang berlokasi di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara ini dikabarkan telah menyelesaikan tahap konstruksi dan siap berlanjut ke fase selanjutnya.

Usai 100 persen selesai garap konstruksi waduk, Hutama Karya selaku pihak pembangun paket proyek tahap II mengonfirmasi progres terkini melalui akun instagram resminya.

Baca Juga: Beroperasi pada Tahun 2025, Inalum Telah Gelontorkan Dana Mencapai Rp3,8 Triliun untuk Smelter Alumina di Mempawah Kalimantan Barat

Pihaknya mengumumkan bahwa infrastruktur garapannya siap dilakukan impounding atau tahap pengisian air yang berasal dari Sungai Ameroro

Adapun daya tampung air infrastruktur yang satu ini mencapai 98,81 juta meter kubik dan tentu diringi pula dengan pembangunan jaringan irigasinya.

Tampak ada yang unik dari pembangunan infrastruktur ini, keunikan tersebut diungkap oleh Hutama Karya melalui situs resminya.

Baca Juga: Gandeng Kontraktor China, Bendungan Jumbo Rp4,15 T di Sulawesi Selatan Ini Mulai Dibangun Pakai Konstruksi CFRD, Apa Itu?

Kabar gembira bahwa infrastruktur ini mampu terealisasi bahkan sebelum target pengerjaan proyek tiba.

Meski infrastruktur disebut lebih awal dari target atau cepat rampung tentu pihak pembangun tetap memperhatikan proses pembangunannya.

Lebih lanjut pihak pembangun menjelaskan bahwa Bendungan Ameroro di Konawe ini dibangun dengan proses teknik green construction.

Baca Juga: Sempat Ambruk, Bendungan Senilai Rp1,6 Triliun di Konawe Sulawesi Tenggara Ini Bakal Rampung Lebih Awal, Kini Masuki Tahap…

Teknik Green Construction ini adalah cara untuk melindungi bagian lereng dengan cara baru, yaitu hydroseeding.

Hydroseeding ini dilakukan dengan cara menyemprotkan benih di atas tanah gunanya adalah agar tanah tersebut tidak mudah tergerus oleh air hujan.

Selain itu maksud lain dari penerapan ini adalah agar membantu tanaman di sekitar Bendungan Ameroro bisa tumbuh lebih cepat.

Baca Juga: Hanya Disokong Dana Rp214 Miliar, Landasan Pesawat di Pekanbaru Seluas 321 ha Ini Dipugar Angkasa Pura Jadi Bandara Berstandar Global

Selain itu, rupanya waduk raksasa senilai Rp1,6 triliun ini pun diketahui sudah menggunakan teknologi digital mutakhir.

Teknologi digital tersebut dinamakan dengan Sistem Building Information Modelling atau BIM.

Jadi, teknologi BIM ini dirancang agar pengawasan proyek dapat lebih efisien dan kendala dapat langsung terlihat dari CCTV 360.

Baca Juga: Total Produksi Batu Bara Mencapai 56,2 Juta Ton, Segini Jumlah Aset dan Pendapatan PT Bumi Resources, Merosot dari Tahun 2022?

Sistem pembangunan yang dilakukan oleh Hutama karya diklaim menggunakan proses konstruksi ramah lingkungan.

Infrastruktur raksasa ini diharapkan dapat menambah kapasitas jaringan irigasi yang awalnya hanya melingkup 1.903 hektare, nantinya akan meliputi 3 kecamatan sekaligus di Konawe, Sulawesi Tenggara.

Sedikit informasi, Hutama Karya diketahui juga telah membangun proyek bendungan berkapasitas jumbo lainnya, di antaranya ada di Bintang Bano, NTB.

 Baca Juga: Gelontorkan Investasi Rp1,2 Triliun dari Capex, PT Timah Bangun Smelter Otomatis di Muntok Bangka Belitung

Selain itu, Bendungan Ladongi di Sulawesi Tenggara, Bendungan Semantok, Gongseng, dan Bendo yang ada di Jawa Timur.

Adapun pengerjaan Waduk Ameroro ini menjadi infrastruktur garapan HK di yang selesai sesuai target, yakni di akhir tahun 2023.***

Rekomendasi