Usai Rogoh Kocek Rp9 M, Emiten China Ini Jadi Pengendali Utama Pemilik Smelter Nikel di Morowali Sulawesi Tengah, Dominasi Saham Tembus Segini

inNalar.com – Perusahaan asal China, PT Jinsheng Mining makin mendominasi saham emiten yang bergerak di bidang pertambangan dan smelter nikel di Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah.

Emiten yang didominasi oleh Jinsheng Mining ini adalah PT Central Omega Resources Tbk atau DFKT .

Penguasaan kepemilikan saham Central Omega semakin dicaplok oleh Jinsheng Mining usai 95.663.500 lembar saham diborong dalam waktu sebulan.

Baca Juga: Kuras Biaya Rp486 Miliar, Bendungan di Bali yang Berkapasitas 12 Juta M3 Ini Pernah Dikunjungi Presiden ke-5 RI, Mengapa?

Mulanya surat tertanggal 18 Agustus 2023 yang menginformasikan perubahan jumlah kepemilikan saham DFKT, Jinsheng Mining resmi membeli 40 juta saham dari perusahaan nikel tersebut.

Dengan harga per lembar saham Rp104, cuan yang digelontorkan emiten raksasa tersebut diketahui mencapai Rp4,16 miliar.

Sebulan kemudian, tepatnya pada tanggal 15 September 2023, kepemilikan saham DFKT makin dikuasai oleh Jinsheng Mining.

Baca Juga: Capai 94 Juta Ton, Produksi Batu Bara di Sumsel Tembus Angka Tertinggi Sepanjang Sejarah, Tapi Sebabkan Kerusakan Lingkungan?

Pasalnya pihak perusahaan asal China ini memborong 55.663.500 saham saat harga per lembarnya sentuh angka Rp90.

Artinya nilai transaksi terakhir ini membuat emiten asing ini rogoh kocek hingga Rp5 miliar.

Usai lakukan aksi borong saham Central Omega, Jinsheng Mining secara resmi menjadi pengendali perusahaan nikel yang berbasis di Morowali Utara hingga 61,45 persen.

Baca Juga: Mantan Gubernur Papua Lukas Enembe Meninggal Dunia, Terpidana Korupsi Ini Sempat Dapat Pemberatan Hukuman

Lantas mengapa emiten China ini begitu ambisius borong saham milik PT Central Omega Resources?

Alasan utamanya dimungkinkan karena visi perusahaan yang kini tengah fokus mantap dukung hilirisasi industri yang lokasi tambangnya sangat potensial sebagai penghasil nikel.

Sedikit informasi, Indonesia merupakan salah satu daerah penghasil nikel terbesar kedua di dunia.

Baca Juga: Berikut Profil Lukas Enembe, Mantan Gubernur Papua yang Meninggal Dunia di RSPAD pada Usia 56 Tahun

Adapun simpanan cadangannya mencapai 90 persen dan tersebar di Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Maluku Utara.

Adapun simpanan secara keseluruhan menembus 4,5 miliar ton dengan sumber dayanya mencapai 11,7 miliar ton menurut data yang ditampilkan dalam booklet nikel Kementerian ESDM.

Potensi besar akan menguatnya bisnis nikel di Indonesia diperkuat dengan performa kinerja keuangan perusahaan DFKT yang berhasil miliki aset hingga Rp2,5 triliun.

Baca Juga: Berikut Profil Lukas Enembe, Mantan Gubernur Papua yang Meninggal Dunia di RSPAD pada Usia 56 Tahun

Sebagai informasi tambahan, Jinsheng Mining menaungi Central Omega dalam melakukan kegiatan pengolahan dan pemurnian produk tambang berharga yang satu ini.

Produksi utama smelter di Morowali Utara adalah feronikel (FeNi) dan nickel pig iron (NPI).

Central Omega sendiri diketahui mendirikan sebuah smelter yang memiliki kapasitas produksi hingga 300.000 ton FeNi setiap tahunnya.

Baca Juga: Daftar Pebulutangkis Dunia Terkaya Sepanjang 2023, Jonatan Christie Termasuk Paling Cuan!

Pembangunan smelter tersebut bukan sepenuhnya milik DFKT, tetapi dibangun dari hasil kolaborasi dengan Macrolink Group yang diketahui pula merupakan emiten asal China.

Kolaborasi antara anak perusahaan Jinsheng Mining dan Macrolink Group ini menghasilkan perusahaan baru bernama PT COR Industri Indonesia.***

Rekomendasi