

inNalar.com – Jauh sebelum menjadi industri global bernilai ratusan miliar dolar, perjudian terorganisir telah menjadi bagian dari peradaban manusia.
Di Asia, evolusinya sangat fenomenal, mengubah wilayah kecil menjadi pusat kekuatan ekonomi dan pariwisata dunia.
Melihat ke belakang, Indonesia sendiri memiliki sejarah singkat dengan legalisasi perjudian.
Baca Juga: LHKPN Terbaru Bocor! Harta Prabowo Rp 2 Triliun, Punya 8 Hektar Properti dan Kendaraan Rp 1,2 Miliar
Pada era 1960-an di bawah kepemimpinan Gubernur Ali Sadikin, Jakarta melegalkan kasino melalui Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1957 tentang Peraturan Umum Pajak Daerah.
Kebijakan ini bertujuan untuk menggenjot pendapatan asli daerah (PAD) guna membiayai proyek-proyek vital pembangunan kota.
Hasilnya, lahirlah ikon-ikon seperti Kasino di Jakarta Theatre, Copacabana Casino di Ancol, hingga Toto Pacuan Kuda Pulo Mas.
Baca Juga: Seleksi ASN 2025 Sudah di Depan Mata, Inilah Perbedaan PNS dan PPPK yang Wajib Kamu Ketahui
Namun, babak tersebut berakhir ketika pemerintah pusat menerbitkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian, yang melarang segala bentuk perjudian karena dinilai tidak sesuai dengan nilai-nilai agama dan moral Pancasila.
Meski Indonesia memegang teguh larangan tersebut, beberapa negara tetangga justru membangun ekonomi mereka di atas fondasi industri ini.
Berikut ini 4 negara di Asia yang dikenal sebagai pusat perjudian terbesar, salah satunya berjarak 149 km dari Indonesia.
Baca Juga: Keindahan Alam Tak Cukup? Ini Alasan Sikka Masih Masuk Kabupaten Termiskin di NTT
1. Singapura
Singapura adalah contoh utama bagaimana sebuah negara dapat mengintegrasikan industri kasino ke dalam strategi pariwisata nasionalnya.
Meskipun sempat melegalkan dan kemudian melarangnya karena dampak sosial, pemerintah mengubah aturan secara dramatis pada tahun 2010.
Dengan tujuan utama mendongkrak sektor pariwisata, Singapura memberikan izin untuk dua Resor Terpadu (Integrated Resorts – IR):
– Marina Bay Sands: Dioperasikan oleh Las Vegas Sands.
– Resorts World Sentosa: Dioperasikan oleh Genting Group.
Untuk memastikan integritas, industri ini diawasi secara ketat oleh Casino Regulatory Authority (CRA) of Singapore.
CRA bertugas memastikan operasi kasino berjalan adil, bebas dari pengaruh kriminal, dan meminimalkan dampak sosial negatif.
Salah satu buktinya adalah penerapan biaya masuk (entry levy) sebesar S$150 per hari bagi warga negara dan penduduk tetap Singapura untuk memasuki kasino.
Bahkan dengan hanya dua kasino, Singapura secara konsisten menghasilkan Pendapatan Perjudian Kotor (Gross Gaming Revenue – GGR) lebih dari US$5 miliar per tahun, menjadikannya salah satu pasar paling menguntungkan di dunia.
Bagi masyarakat Indonesia, kedekatannya sangat nyata. Jarak dari Batam ke Singapura hanya sekitar 149 km atau hanya ditempuh selama 6 jam.
2. Filipina
Filipina juga termasuk sebagai pusat perjudian terbesar di Asia, khususnya di kawasan Entertainment City, di Manila.
Wilayah tersebut menyaingi Las Vegas dan Makau (China), dengan kasino terbesar seperti Solaire, Okada Manila dan City of Dreams.
Pemerintah Filipina melalui Philippine Amusement and Gaming Corporation (PAGCOR) menjadi pengawas industri judi.
Diketahui, negara Filipina juga menjadi markas banyak operator judi online yang menyasar audiens internasional terutama Tiongkok, meskipun secara teknis legal di China.
3. Jepang
Jepang hingga beberapa tahun lalu secara general masyarakatnya menolak perjudian kasino. Tapi mereka memiliki budaya judi yang kuat melalui permainan pachinko.
Pachinko adalah sebuah permainan sejenis pinball yang secara teknis tidak dianggap judi, namun dijalankan melalui celah hukum.
Tepat di tahun 2018, pemerintah Jepang menyetujui legalisasi kasino resor terpadu (IR-Integrated Resort).
Proyek kasino pertama sedang dikembangkan di Osaka dan diharapkan menjadi yang terbesar di Asia.
Negara Jepang diprediksi bakal menjadi salah satu pusat perjudian global dalam satu dekade ke depan, bersaing dengan Singapura dan Makau.
4. Makau (China)
Makau adalah wilayah administratif khusus di China yang menjelma sebagai ‘Las Vegas’ baru di benua Asia. Meski terbilang sebagai wilayah kecil, Makau mampu membukukan pendapatan kasino terbesar di dunia.
Bahkan sebelum pandemi Covid-19, omset mereka melampau kasino-kasino di Las Vegas, Amerika Serikat.
Tercatat, perjudian di Makau menyumbang delapan puluh persen pendapatan negara. Kasino-kasino di Makau seperti Venetian Macao, Wynn Macau, dan Galaxy Macau menarik jutaan pengunjung setiap tahunnya.
Perjudian di Makau memang diatur secara ketat, tetapi sangat bergantung pada turisme dan judi sebagai roda ekonomi utama negara.
Perjudian, meskipun penuh kontroversi telah menjadi komponen penting dalam ekonomi, pariwisata dan hiburan di beberapa negara.
Namun, masing-masing menghadapi tantangan besar terkait dampak dan regulasi sosial.
Dengan perkembangan teknologi digital dan legalisasi yang meluas, industri perjudian Asia diperkirakan akan tumbuh semakin besar dalam beberapa tahun mendatang.