

inNalar.com – Jembatan Glendeng yang menjadi penghubung dua kabupaten di Jawa Timur ini diketahui tengah dilakukan perbaikan sejak Bulan Agustus lalu.
Banyak masyarakat dari Tuban dan Bojonegoro menanti kapan rampungnya perbaikan jembatan ini, mengingat begitu strategisnya jalur di antara kedua daerahnya.
Selain itu, masyarakat yang melintasi kedua daerah tersebut pun tidak perlu memutar jauh sebab penutupan infrastruktur yang tengah diperbaiki tersebut.
Sebelumnya, Bupati Tuban Aditya Halindra Faridzky menjanjikan bahwa proyek rehabilitasi infrastruktur ini bakal selesai akhir tahun 2023.
“Insyaallah hingga akhir 2023, proyek strategis berkaitan pembangunan Jembatan Glendeng, Insyaallah tidak akan melewati tahun berikutnya,” tegas Bupati Tuban Aditya, dikutip inNalar.com dari situs Pemerintah Kabupaten Tuban.
Namun tampaknya masyarakat perlu bersabar lebih lama, karena apa daya progres pengerjaan tampak belum ada ujungnya.
Padahal kesepakatan kontrak proyek yang diungkap oleh Kepala Bidang Bina Marga Dinas PUPR-PRKP Kabupaten Tuban, Basdi menyebut pengerjaan terhitung mulai dari 25 Juli dan selesai pada 21 Desember 2023.
Progres pengerjaan per Bulan September sebenarnya masih terhitung melampaui target, yakni 34 persen dari yang seharusnya 32 persen.
Pengerjaan yang dikonfirmasi telah selesai pun diungkap meliputi rampungnya pembuatan tiang penyangga sementara, pembangunan sheet pile.
Selanjutnya, pembangunan pondasi jembatan berupa bore pile sedalam 44 meter dan 46 meter pun telah selesai dilaksanakan.
Anggaran yang dihabiskan untuk perbaikan tersebut diketahui mencapai Rp20,8 miliar. Jika sesuai janji, maka pengerjaannya akan memakan waktu 5 sampai 6 bulan.
Kekhawatiran tidak akan rampungnya infrastruktur sesuai target sampai-sampai membuat DPRD Tuban tugaskan anggotanya untuk ikut mengawasi jalannya proyek.
Atensi berlebih ini rupanya berakar pada histori pembangunan Jembatan Glendeng yang dipandang kontroversial.
Rupanya jembatan penghubung Tuban dan Bojonegoro ini disebut berulangkali langganan rusak sejak tahun 2020 hingga mengundang sorotan BPK.
Bermula dari kejadian terputusnya Jembatan Glendeng pada tahun 2020, kala itu bagian sisi utara badan konstruksinya ambles karena gerusan sungai.
Alhasil seluruh jenis kendaraan yang melaluinya harus memutar jauh untuk bisa menuju ke Bojonegoro atau Tuban.
Usai kerusakan tersebut, akhirnya pihak Pemerintah Kabupaten Tuban memperbaikinya dengan nilai anggaran sebesar Rp5,7 miliar.
Pembukaan jalur pun akhirnya berhasil dilakukan pada Jumat, 4 Februari 2022, tetapi belum genap sebulan jembatan ditutup kembali.
Tepatnya pada Minggu, 27 Februari 2022, jembatan kembali ditutup dengan alasan ada penurunan konstruksi badan jembatan.
Alhasil pada Minggu 13 Maret 2022, jembatan bisa dilintasi kendaraan kecuali jenis truk yang memiliki muatan dan badan besar.
Tidak lama berselang setelahnya, tepatnya pada Sabtu, 21 Mei 2022, infrastruktur ini ditutup kembali disebabkan karena fisik konstruksinya mengalami kerusakan yang semakin parah.
Akhirnya dua bulan kemudian, Jembatan Glendeng mulai dibuka untuk kendaraan roda dua pada 11 Juli 2022.
Rupanya proyek perbaikan infrastruktur ini bukan hanya dapat atensi dari DPRD saja, buka – tutup jalan dalam jangka waktu yang sangat singkat ini seketika mengundang perhatian pula dari BPK.
BPK pun memutuskan untuk melakukan audit terhadap proyek perbaikan yang telah menelan biaya hampir Rp6 miliar tersebut.
Melansir dari situs BPK Jatim, Inspektur Inspektorat Tuban Aguk Waluyo membeberkan temuan dari hasil tinjauan proyek perbaikan jembatan tersebut.
Menurut audit yang telah dilakukan pihak BPK, diduga ada ketidaksesuaian spesifikasi dan kekurangan volume pekerjaan proyek.
Kedua hal ini diduga menyebabkan adanya kelebihan pembayaran dalam proyek perbaikan Jembatan Glendeng.
Baca Juga: Kalahkan Bos Djarum dan BCA, Prajogo Pangestu Jadi Orang Terkaya di Indonesia, Kekayaannya Capai…
Terlepas dari adanya histori kontroversial ini, apabila memang dimungkinkan jembatan belum berhasil rampung sesuai target, diharapkan kualitas pembangunan tetap diperhatikan dengan baik.
Hal ini mengingat betapa berartinya jalur penghubung bagi masyarakat Tuban dan Bojonegoro dan penting pula guna mengembangkan perekonomian di kedua daerah tersebut. ***