

inNalar.com – Desa Miliarder adalah ikon khas yang telah melekat pada Kampung Sekapuk di Gresik, Jawa Timur.
Julukan ‘Desa Miliarder’ sebenarnya bermula saat kampung ini berhasil lejitkan Pendapatan Asli Desa (PAD) hingga tembus 2,05 miliar dari sektor Pariwisata.
Padahal saat itu masih berada di masa pandemi COVID-19 tepatnya di tahun 2020 silam, tetapi justru tahun berikutnya raup Rp3,8 miliar.
Hingga puncaknya di tahun 2022, PAD Kampung Sekapuk tembus pendapatan hingga Rp7,8 miliar.
Kondisi ini pun telah mengeluarkan status kampungnya dari yang mulanya desa tertinggal hingga miliki sebutan kampung miliarder.
Berkat kawasan Wisata Setigi dan Kebun Pak Inggih yang telah sukses menarik pengunjung baik wisatawan lokal hingga internasional.
Terbukti pula telah lejitkan pemasukan desanya, patung ikonik Pak Inggih dan plang ‘Desa Miliarder’ pun dibangun oleh para warganya.
Namun belum lama ini, warga desanya justru minta plang ‘Desa Miliarder’ diturunkan dan patung ikonik Pak Inggih pun juga diminta warganya untuk dirobohkan.
Permintaan tersebut diungkap saat aksi unjuk rasa warga Desa Sekapuk dilangsungkan di Balai Desanya pada Jumat, 29 Desember 2023.
Lalu, sebenarnya ada permasalahan apa hingga ikon kebanggaan desa yang telah dikenal luas masyarakat justru hendak diturunkan dan dirobohkan?
Rupanya cikal bakal aksi unjuk rasa warga desa di Gresik ini disebabkan karena warga Desa Sekapuk menilai Pemerintah Desanya kurang transparan.
Terlebih ternyata Badan Usaha Milik Desa (BUMdesa) memiliki utang yang menumpuk hingga Rp9,5 miliar.
Lantas warganya pun melayangkan beberapa tuntutan saat pelaksanaan rapat dengar yang dihadiri oleh Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika), BPD, BUMdes.
Tuntutan warga di antaranya adalah permintaan adanya transparansi keuangan pengelolaan Dapur Mbok Inggih seperti penggunaan dan alokasi dananya hingga sumber pendapatannya.
Transparansi terkait gaji komisaris BUMdes yang besarannya mencapai 19,5 juta per bulan.
Terkait pula dana hak inisiator senilai Rp364,8 juta berupa saham yang tersimpan di dalam Badan Usaha Milik Desa itu.
Warga Desa Sekapuk juga meminta transparansi mengenai pengelolaan dana pembangunan Wisata Setigi dan Kebun Pak Inggih.
Serta meminta kejelasan dana investasi milik masyarakat sebesar Rp6,5 miliar dan kejelasan utang bank yang mencapai Rp3 miliar.
Jadi tercatat total utang BUMdesa menembus Rp9,5 miliar. Kondisi memanas inilah yang kemudian membuat para warganya juga turut meminta agar patung Pak Inggih dirobohkan.
Selain itu, plang bertuliskan ‘Desa Miliarder’ juga diminta untuk diturunkan, karena dinilai kurang representatif lagi dengan kondisi terkini kampungnya.
Usai mendapat izin secara resmi dari kesepakatan rapat bersama, akhirnya warga Desa Sekapuk pun keesokan harinya diizinkan untuk melakukan penurunan plang ‘Desa Miliarder’ dan merobohkan patung ikonik Pak Inggih. ***