Investasi Rp238,25 Triliun, Pertamina Masih Kompak Bareng Rosneft Garap Megaproyek Kilang Tuban di Jawa Timur, Genjot Kapasitas Produksi 300.000 Bph

inNalar.com – Rosneft sempat diisukan hengkang dari megaproyek pembangunan Kilang Tuban Jawa Timur di tengah memanasnya geopolitik internasional antara Rusia dan Ukraina.

Namun, anggota komisi VII DPR RI, Ratna Juwita Sari menegaskan bahwa Proyek Grass Root Refinery (GRR) yang digarap PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) masih akan berjalan bersama perusahaan Rusia tersebut.

Kepastian itu disampaikan olehnya seusai mendapat konfirmasi langsung dari Dirut Pertamina mengenai status kemitraan Rosneft dalam proyek strategis nasional ini.

Baca Juga: Selamatkan Uang Negara Rp72,99 M, BPH Migas Gandeng Institusi Penegak Hukum untuk Awasi Penyimpangan BBM Sepanjang 2023

Bahkan KPI disebut tengah pasang target bahwa proyek pembangunan kilang minyak baru ini dapat lanjut ke tahap Final Investment Decision (FID) pada tahun 2024.

Dijelaskan secara merinci oleh Dirut PT KPI Taufik Aditiyawarman, saat ini pihaknya tengah melakukan tender 8 paket Engineering, Procurement, and Construction (EPC).

Di samping persiapan itu, Pertamina juga tengah memprogres persetujuan Financial Advisor (FA) dari para pemegang saham yang terlibat, termasuk mitra utama proyek ini, yaitu Rosneft sendiri.

Baca Juga: Pendapatan Usaha Meroket hingga Rp14 Triliun, PT Vale Indonesia (INCO) Garap 3 Proyek Senilai Rp129 Triliun, Apa Saja?

Pembangunan Kilang Tuban di Jawa Timur sangat berarti bagi ketahanan nasional hingga tahun 2030.

Pasalnya berkaca dari apa yang telah dilalui 10 tahun terakhir, Indonesia masih belum mampu mengimbangi antara permintaan BBM dengan kapasitas produksi dalam negerinya.

Sebagai contoh di tahun 2015, kemampuan kilang minyak Pertamina kala itu hanya mampu memproduksi 650 ribu barel per hari (Bph).

Baca Juga: Tonjolkan Eksotisme Hulu Sungai Utara, Pemprov Kalimantan Selatan Rela Korek APBD Rp1,57 M Guna Lejitkan Wisata Kerbau Rawa hingga ke Mancanegara

Padahal kebutuhan minyak dalam negeri saat itu tembus hingga 1,18 juta barel per hari (Bph). Alhasil langkah impor pun dilakukan guna menutupi kebutuhan tersebut.

Menurut penghitungan perusahaan patungan PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PRPP), diproyeksikan kebutuhan BBM nasional di tahun 2030 akan membengkak hingga 1,65 juta barel per hari (Bph).

Maka untuk keluar dari permasalahan pelik ini, megaproyek senilai Rp238,25 triliun ini pun menjadi salah satu cara negeri kita untuk mulai mengubah keadaan tersebut.

Baca Juga: Sumbang Rp1,39 Triliun ke Kas Negara, PNBP BPH Migas Melesat Lampaui Target, Jadi Kado Tutup Tahun 2023

Beruntungnya Perusahaan Rusia Rosneft melalui afiliasinya Rosneft Singapore Pte Ltd masih setia bersama Pertamina dalam menggarap proyek strategis ini.

Sehingga, kedua perusahaan migas yang tengah berkolaborasi ini diketahui sedang berfokus untuk memperbaiki kilang minyak yang sudah ada.

Selain itu juga membangun kilang baru dengan kapasitas produksi 300.000 barel per hari (Bph).

Baca Juga: Target Operasional Mundur, Smelter Alumina di Mempawah Kalimantan Barat Ini Disokong Dana Sebesar US$ 831,5 juta

Lantas, mengapa harus di Tuban? Rupanya pemilihan lokasi proyek jumbo di salah satu sudut kota di Jawa Timur ini memiliki alasan khusus di baliknya.

Daerah tersebut dipilih karena sangat strategis dan potensial dari sisi geografis mau pun sisi ekonomisnya.

Usai Pemerintah Provinsi Jawa Timur memberikan keputusan resmi pada 10 Januari 2019, akhirnya pembangunan kilang minyak berlokasi di Kecamatan Jenu.

Baca Juga: Serap 15 Ribu Tenaga Kerja! Smelter Nikel di Kalimantan Timur Senilai Rp16 Triliun Ini Diklaim Ramah Lingkungan?

Luas lahan yang termakan oleh proyek pembangunan Grass Root Refinery (GRR) ini mencakup 840 hektare.***

Rekomendasi