Telan Biaya Rp1,4 Triliun, Bendungan Raksasa di Bojonegoro Jawa Timur Ini Bakal Irigasi Lahan Produktif Warisan Hindia Belanda Seluas 62.000 Ha

inNalar.com – Bendungan yang satu ini cukup unik, karena bentangannya bakal melingkupi dua provinsi sekaligus.

Kawasan bendungan ini akan melega di wilayah Bojonegoro, Jawa Timur dan Blora, Jawa Tengah.

Jadi proses pembangunan infrastruktur ini akan dimulai dari Kabupaten Bojonegoro terlebih dahulu.

Baca Juga: Kuras Cuan Rp30 Miliar, Terminal di Madiun yang Baru Diresmikan Jokowi Ini Usung Konsep Green Building, Luas Lahannya…

Pasalnya lahan garapan proyek di wilayah tersebut tidak ramai pemukiman dan mayoritas berupa lahan kosong dan masih berupa hutan.

Selanjutnya barulah diteruskan menuju Blora, alasannya karena pembangunan di wilayah ini masih menunggu penyelesaian proses relokasi pemukiman warga.

Sehingga sambil menunggu perampungan relokasi lahan, proyek raksasa ini tetap mulai dijalankan dari kawasan yang terjangkau terlebih dahulu.

Baca Juga: Datangkan Alat Bantu dari China, Proyek Senilai USD 2,312 Juta di Sulawesi Tenggara Siap Dirampungkan Tahun Ini

Infrastruktur pengelola air daerah yang berada di perbatasan dua provinsi ini namanya adalah Bendungan Karangnongko.

Bendungan ini diketahui memiliki luas genangan yang melebar hingga 1.026,55 hektare, dengan harapan akan ada 6.950 hektare lahan produktif teraliri air.

Infrastruktur ini diproyeksikan bakal mengalirkan airnya ke beberapa daerah irigasi yang ada di Kabupaten Blora seluas 1.746 hektar.

Baca Juga: 2 Tahun Mangkrak! Proyek Jembatan di Batang Kembali Dapat Kucuran Dana dari Pemprov Jateng Senilai Rp3,8 Miliar, Hasilnya…

Selain itu juga mengairi lahan produktif di Kabupaten Bojonegoro yang luasnya mencapai 5.203 hektar, dikutip dari laman PUPR.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, saat meninjau lokasi bendung pada Kamis, 19 Oktober 2023, dirinya mengungkapkan harapan khusus dengan proyek pembangunan ini.

Kondisi kering kerontang yang saat itu terlihat langsung oleh Menteri Basuki, diharapkan dapat lebih hidup dan teraliri air dengan adanya Bendungan Karangnongko ini.

Baca Juga: 5.697 KK Terdampak Relokasi, Bendungan Rp5,2 Triliun di Kab Bogor Jawa Barat Ini Diramalkan Jadi Penangkal Banjir Citarum dengan Efektivitas 66 Persen

Menteri Basuki pun menambahkan bahwa pembangunan infrastruktur ini akan mengandalkan teknologi bendung gerak di Sungai Bengawan Solo.

Sehingga dengan itu, air bisa tertampung untuk mengantisipasi kekeringan berkat adanya kapasitas tampung bendungan yang efektif muat hingga 59,1 meter kubik.

Proyeksinya pula waduk raksasa ini juga akan menjadi sentra yang mampu menyuplai irigasi menuju kawasan Solo Valley Werken.

Baca Juga: Nilai Investasinya Rp37 Triliun, Smelter Nikel di Morowali Ini Diambil Alih oleh Perusahaan Singapura

Perlu diketahui, kawasan tersebut adalah daerah jaringan irigasi warisan Pemerintah Hindia Belanda yang luasnya mencakup 62.000 hektare lahan.

Dahulu kawasan jaringan irigasi itu juga difungsikan sebagai pengendali banjir di lima wilayah yang ada di Jawa Timur.

Kelima daerah tersebut mencakup Kabupaten Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Gresik, dan Surabaya.

Baca Juga: Biayanya 21 Miliar USD, Kilang Tuban di Jawa Timur Garapan Pertamina Rosneft Ini Gunakan Material Proyek 1.208 Kali Lebih Berat dari Patung Liberty?

Anggaran dana yang bakal tersedot dari APBN guna bangun Bendungan Karangnongko ini diketahui mencapai Rp1,4 triliun.

Dalam proses pembangunannya, para pemegang proyek akan menyerap 70 persen tenaga kerja dari warga sekitar.

Dengan adanya kolaborasi dari pihak tim proyek dan masyarakat sekitar, diharapkan bakal melancarkan progres pengerjaannya.

Baca Juga: Pendapatannya Naik Sekitar 7,3 Persen, Utang Perusahaan Tambang PT Vale Indonesia Tbk Semakin Membengkak hingga Segini

Sebagai informasi tambahan, nantinya agar pembangunan dapat rampung tepat waktu dengan tetap menjaga kualitas diketahui menggunakan teknologi BIM 7D.

Teknologi tersebut biasa digunakan oleh para kontraktor agar pengerjaan proyek terpantau, mampu selesai lebih cepat dari target, tetapi tetap mampu menjaga kualitas dan biaya pembangunannya pun efisien.***

Rekomendasi