

inNalar.com – Bendungan yang satu ini cukup unik, karena bentangannya bakal melingkupi dua provinsi sekaligus.
Kawasan bendungan ini akan melega di wilayah Bojonegoro, Jawa Timur dan Blora, Jawa Tengah.
Jadi proses pembangunan infrastruktur ini akan dimulai dari Kabupaten Bojonegoro terlebih dahulu.
Pasalnya lahan garapan proyek di wilayah tersebut tidak ramai pemukiman dan mayoritas berupa lahan kosong dan masih berupa hutan.
Selanjutnya barulah diteruskan menuju Blora, alasannya karena pembangunan di wilayah ini masih menunggu penyelesaian proses relokasi pemukiman warga.
Sehingga sambil menunggu perampungan relokasi lahan, proyek raksasa ini tetap mulai dijalankan dari kawasan yang terjangkau terlebih dahulu.
Infrastruktur pengelola air daerah yang berada di perbatasan dua provinsi ini namanya adalah Bendungan Karangnongko.
Bendungan ini diketahui memiliki luas genangan yang melebar hingga 1.026,55 hektare, dengan harapan akan ada 6.950 hektare lahan produktif teraliri air.
Infrastruktur ini diproyeksikan bakal mengalirkan airnya ke beberapa daerah irigasi yang ada di Kabupaten Blora seluas 1.746 hektar.
Selain itu juga mengairi lahan produktif di Kabupaten Bojonegoro yang luasnya mencapai 5.203 hektar, dikutip dari laman PUPR.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, saat meninjau lokasi bendung pada Kamis, 19 Oktober 2023, dirinya mengungkapkan harapan khusus dengan proyek pembangunan ini.
Kondisi kering kerontang yang saat itu terlihat langsung oleh Menteri Basuki, diharapkan dapat lebih hidup dan teraliri air dengan adanya Bendungan Karangnongko ini.
Menteri Basuki pun menambahkan bahwa pembangunan infrastruktur ini akan mengandalkan teknologi bendung gerak di Sungai Bengawan Solo.
Sehingga dengan itu, air bisa tertampung untuk mengantisipasi kekeringan berkat adanya kapasitas tampung bendungan yang efektif muat hingga 59,1 meter kubik.
Proyeksinya pula waduk raksasa ini juga akan menjadi sentra yang mampu menyuplai irigasi menuju kawasan Solo Valley Werken.
Perlu diketahui, kawasan tersebut adalah daerah jaringan irigasi warisan Pemerintah Hindia Belanda yang luasnya mencakup 62.000 hektare lahan.
Dahulu kawasan jaringan irigasi itu juga difungsikan sebagai pengendali banjir di lima wilayah yang ada di Jawa Timur.
Kelima daerah tersebut mencakup Kabupaten Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Gresik, dan Surabaya.
Anggaran dana yang bakal tersedot dari APBN guna bangun Bendungan Karangnongko ini diketahui mencapai Rp1,4 triliun.
Dalam proses pembangunannya, para pemegang proyek akan menyerap 70 persen tenaga kerja dari warga sekitar.
Dengan adanya kolaborasi dari pihak tim proyek dan masyarakat sekitar, diharapkan bakal melancarkan progres pengerjaannya.
Sebagai informasi tambahan, nantinya agar pembangunan dapat rampung tepat waktu dengan tetap menjaga kualitas diketahui menggunakan teknologi BIM 7D.
Teknologi tersebut biasa digunakan oleh para kontraktor agar pengerjaan proyek terpantau, mampu selesai lebih cepat dari target, tetapi tetap mampu menjaga kualitas dan biaya pembangunannya pun efisien.***