

InNalar.com – Kalimantan Timur (Kaltim) kini tengah memiliki megaproyek yang jadi pertama di daerahnya.
Adapun megaproyek yang tengah dikerjakan tersebut adalah pembangunan terowongan yang berada di daerah Samarinda.
Diharapkan dengan adanya infrastruktur baru tersebut, nantinya dapat menguraikan kemacetan yang terjadi di sekitaran lokasi yang dimaksud.
Pasalnya, di jalan Otto Iskandar Dinata, Kelurahan Sungai Dama, Kecamatan Samarinda Ilir sering terjadi kemacetan.
Ditambah lagi dengan adanya lorong jalan ini, nantinya juga jadi jalan penghubung dari jalan tol Balikpapan-Samarinda masuk ke pusat Kota Samarinda.
Perlu diketahui pembangunan infrastruktur ini juga sebenarnya telah dimulai.
Sebab sejak 1 November 2023 kemarin rapat pertama pada rencana pada desain pembangunan infrastruktur ini juga telah dimulai, seperti yang dilansir dari laman PUPR.
Sementara itu, nantinya terowongan (tunnel) ini juga akan menembus bukit, hingga habiskan anggaran sebesar Rp395.792.799.000 (Rp395 miliar).
Jika menghitung dari pintu masuk hingga pintu keluar, maka panjangnya mencapai 690 meter dengan lebar dan tinggi dimensi masing-masing yakni 15 meter.
Selain itu ada pula 2 jalur yang memiliki lebar tiap lajurnya mencapai 3,5 meter.
Ditambah, akan terdapat pula bahu jalan di 2 sisi dengan lebar 1 meter, serta dilengkapi trotoar dengan ukuran 1 meter.
Berdasarkan kontraknya, maka penggarapan infrastruktur lorong jalan di Kalimantan Timur ini akan digarap selama 18 sampai 22 bulan pengerjaan.
Bahkan saat melihat progres pengerjaannya, Walikota Samarinda cukup optimis jika proyek yang dimaksud akan rampung pada Oktober 2024.
Sebab pada akhir tahun 2023 kemarin, progresnya telah mencapai 18,9%.
Sementara itu pada Januari tahun 2024 ini, progresnya diharapkan mampu mencapai 32%.
Sekedar informasi, perusahaan yang mengerjakan lorong jalan di daerah Samarinda ini adalah PT PP (Persero) Tbk.
Adapun infrastruktur lorong jalan ini yaitu diberi nama Terowongan Gunung Manggah atau bisa disebut juga dengan Terowongan Alimuddin-Kakap.
Akan tetapi, setelah mengerjakan dan melakukan penghitungan ulang, ternyata investasi yang dikucurkan untuk membangun terowongan ini terdapat perubahan.
Perubahan tersebut terjadi karena adanya pembebasan lahan di sekitaran lokasi yang cukup mahal.
Jadi, yang awalnya hanya mengeluarkan Rp395 miliar berubah jadi Rp700 miliar. ***