

inNalar.com – Sebentar lagi, Kalimantan Barat bakal miliki Smelter Grade Alumina Refinery baru di Kabupaten Mempawah.
Megaproyek Smelter Alumina garapan kolaborasi PT Indonesia Asahan Aluminimum (Inalum) dan PT Aneka Tambang (ANTM) ini akhirnya terlihat ujung cerahnya juga.
Pasalnya, Direktur Utama Inalum, yakni Danny Praditya membocorkan bahwa tahun ini perusahaannya akan lakukan Final Investment Decision (FID) dua garapan besarnya.
Salah satunya yang paling dinanti adalah pengembangan Smelter Grade Alumina Refinery tahap kedua yang bakal kerek naik kapasitas produksinya.
Pesimisme terhadap proyek sempat menghantui proyek besar ini, karena pada tahun 2022 progresnya sempat mogok alias jalan di tempat.
Penyebab mandeknya pengerjaan disebabkan karena adanya konflik di antara dua kontraktor proyek dari China, yakni China Aluminium International Engineering Corporation (Chalieco) dan PT Perumahan Pembangunan (PT PP).
Tersendatnya proyek ini selama 16 bulan ini pun sempat dihitung potensi kerugien revenue-nya mencapai USD 540 juta atau setara Rp6,75 triliun.
Namun sejak permasalahan tersebut teratasi, progres pengerjaan pabrik pengolahan dan pemurnian bauksit ini makin ngegas.
Bahkan dengan berita gembira adanya keputusan final investasi pihak Inalum, itu berarti eksekusi pembangunannya bakal bisa mulai konstruksi pada 2025.
Apabila tidak ada lagi aral melintang yang menghadang Proyek Smelter Grade Alumina Refinery di Mempawah ini, maka kapasitas produksinya bakal meroket drastis.
Apabila saat ini kapasitas produksi 1 juta ton alumina, jika proyek terealisasi nantinya akan menambah 2 juta ton tambahannya.
Alhasil nantinya dari smelter alumina ini, pihak perusahaan mampu memproduksi hingga 3 juta ton alumina per tahun.
Adapun nilai investasi dari pengerjaan pembangunan smelter ini mencapai USD 1,7 miliar.
Jika dirupiahkan dengan kurs dollar AS terkini, yakni Rp15.562,85 maka sebagai gambarannya nilai proyek ini mencapai Rp26,45 triliun.
Belum lama ini pihak perusahaan Inalum menggandeng emiten asal Uni Emirat Arab bernama Emirates Global Aluminium.
Usai kerja samanya, produksi alumina pun ikut terangkat naik hingga Inalum pun percaya diri menargetkan capaiannya menjadi 274.140 ton di tahun 2024.
Sebagai informasi tambahan, terdapat tiga produk alumina yang digenjot produksinya di tahun ini, antara lain ada Aluminium Ingot yang diketahui produk akhirnya dapat bermanfaat bagi komponen industri otomotif dan konstruksi bangunan.
Selain itu, ada pula jenis billet berdiameter 5, 7 dan 8 inci. Varian aluminium jenis biasanya digunakan untuk campuran material gerbong kereta api dan kendaraan bermotor.
Adapun untuk jenis aluminium Alloy ini biasanya bakal digunakan sebagai velg, rangka kendaraan, dan blok mesinnya sehingga industri otomotif pun menjadi sasaran hilirisasi bauksit ini. ***