Raih Berkah APBN Rp3,29 M, Jembatan Gantung Megah di Sumatera Barat Ini Lekatkan 3 Jorong di Pelosok Agam Usai Dibangun dengan Sederet Kendala

inNalar.com – Baru 2 bulan berlalu, Sumatera Barat memiliki sebuah cerita yang tersimpan di balik jembatan gantung telah berhasil menghubungkan tiga jorong di pedalaman Kabupaten Agam.

Ketiga jorong yang berhasil terhubung itu meliputi Desa Siguhung Kenagarian Lubuk Basung, Arikia, dan Tigo Koto Aur Malintang.

Dinamakan dengan Jembatan Gantung Siguhung, infrastruktur megah kebanggan tiga jorong ini telah banyak mengubah keseharian masyarakatnya.

Baca Juga: Kereta Api Pandalungan Anjlok Keluar dari Jalur Rel Dekat Stasiun Tanggulangin Sidoarjo, Sebabkan Lalu Lintas KA Lain Alami Keterlambatan

Penting untuk diketahui bahwa ongkos pembangunan jalur sepanjang 40 meter ini menggunakan dompet APBN sebesar Rp3,29 miliar.

Bukan soal tampilannya yang megah saja, di balik perampungan jembatan tersebut rupanya ada sejumlah perubahan yang dirasakan oleh masyarakat.

Sebagai informasi terlebih dahulu, sebagian besar mata pencaharian warga di ketiga desa pelosok Kabupaten Agam ini adalah petani.

Baca Juga: Gandeng Kanada, Kalimantan Utara Bangun Bandara Hijau Pertama Senilai Rp3 Triliun, Digarap Kapan?

Jadi sebelum ada Jembatan Gantung Siguhung ini, mereka harus memikul hasil bumi dengan cara yang cukup bikin merinding.

Sebelumnya petani dari ketiga jorong ini diketahui harus mengandalkan sejumlah lintasan papan yang diikat dengan kawat sling.

Jika tidak ingin mengambil resiko, warga desa akan memilih untuk memutari jalan sejauh 5 kilometer dengan bawaan panen padi yang cukup banyak.

Baca Juga: Merugi Rp439 Miliar! Pembangunan Bendungan di Lampung yang Masuk PSN Malah Dikorupsi, Benarkah?

Jalan terakhirnya pun berarti mereka harus memikul bawaan dari ladang sawah melintasi Sungai Batang Antokan yang memiliki arus yang cukup deras.

Namun sejak adanya Jembatan Gantung Siguhung di pedalaman Sumatera Barat ini, akhirnya masyarakat bisa membawa hasil panen padinya dengan motor.

Mengingat lebar jembatannya pun cukup lega, yakni sekitar 1,8 meter. “Biasanya masyarakat berjalan membawa karung dengan cara dipikul sekarang sudah bisa pakai motor,” kata Tomi Wahyudi Wali Jorong 1 Siguhung, dikutip dari Kementerian PUPR.

Baca Juga: Rogoh Fulus Rp2,4 Miliar, PT Pelindo II Upgrade Pelabuhan Eksisting di ‘Kota Minyak’ Papua Barat, Kapasitas 120 TEUs Dikerek Naik Jadi…

Perubahan drastis cukup terasa tidak hanya bagi para petani, anak-anak warga desa yang bersekolah di SDN 27 Siguhung pun sekarang bisa berangkat dengan nyaman.

Keterikatan antar warga jorong semakin terjalin berkat akses yang kini membuat mereka semakin mudah untuk bersilaturahmi.

Selain itu, jembatan ini juga dimaksudkan untuk memperpendek jangkauan warga menuju jalan utama dekat pedesaan mereka.

Baca Juga: Dihuni 357 Kepala Keluarga, Desa Wisata di Kabupaten Lahat Ini Miliki Potensi Ekowisata Pedesaan, Apa Saja?

Kepayahan masyarakat memang agaknya sangat cukup beralasan bagi pemerintah untuk menyegerakan atau menyelesaikan garapan jalur yang menggantung ini secara tepat waktu.

Bersyukurnya proses pembangunan telah berjalan sesuai kesepakatan kontrak, yakni 210 hari kalender terhitung sejak April sampai dengan November.

Namun ternyata dalam proses penyelesaiannya, terdapat kendala yang mewarnai dinamika pembangunan infrastruktur ini.

Baca Juga: Eksplorasi Migas East Pondok Aren di Bekasi Dinyatakan Aman Sesuai ‘Standar Safety’, Intip Potensi Gas dan Minyaknya!

Akses menuju lokasi garapan proyek ini sampai membuat kontraktor pembangun mengerahkan alat beratnya dengan melintasi sungai demi membawa sejumlah bahan materialnya.

Komponen material pylon jembatan gantung ini juga sampai harus dibawa per bagian dengan excavator itu untuk dirakit kembali di lokasi proyek.

Syukurnya pembangunan dapat selesai tepat waktu dan kendala tersebut dapat diatasi dengan baik, begitupun dengan kendala pembebasan lahannya.***

 

Rekomendasi