

inNalar.com – Perusahaan sawit yang berbasis di Kalimantan Selatan (Kalsel) bernama PT Jhonlin Agro Raya agaknya tengah bermanuver cantik demi lejitkan target laba di 2024 yang lebih melesat.
Mulai dari aksi merger pihaknya dengan emiten mitra PT Jhonlin Agro Lestari (JAL) hingga langkah cermat perusahaan dalam mengurangi anggaran capex pada tahun ini.
Penggabungan dua perusahaan antara emiten berkode JARR dengan JAL ini diketahui telah selesai dilaksanakan pada 29 September 2023.
Berkat penyatuan dua unit usaha ini, produktivitas perusahaan semakin melesat dan menuai beberapa pencapaian positif.
Sekadar untuk diketahui terlebih dahulu, PT Jhonlin Agro Raya sendiri memiliki lahan Hak Guna Usaha (HGU) luasnya 17.020,26 hektar.
Selain itu, pihaknya juga telah mengoperasikan dua pabrik barunya mulai tahun 2023. Kedua pabrik yang dimaksudkan adalah biodiesel dan minyak goreng kemasan.
Meski tampaknya JARR telah memiliki luas izin HGU yang cukup meluas, ternyata angka produksi tandan buah segara perusahaannya jauh di bawah PT Jhonlin Agro Lestari.
Faktanya, lahan tanam JAL jauh lebih besar produksinya dibandingkan dengan JARR, sehingga aksi merger dengan JARR ini juga membuat luas lahan garapnya mencapai 27 ribu hektare.
Adapun PT Jhonlin Agro Raya menargetkan produksi tandan buah segar hanya di angka 70 ribu ton, tetapi PT Jhonlin Agro Lestari bakal lesatkan hasilnya hingga 150 ribu ton.
Baca Juga: Rampung 2021, Bendungan Rp63 Miliar di Kalimantan Timur Malah Mangkrak dan Tak Beroperasi, Mengapa?
Usai merger, kedua perusahaan langsung percaya diri meroketkan target produksinya hingga 249 ribu ton di tahun 2024.
Sebagaimana niat awalnya, memang aksi merger JARR dan JAL ini ditujukan untuk mengefisiensikan biaya produksi, melebarkan luas izin HGU, dan meningkatkan produktivitas perusahaan.
Harapannya adalah di tahun ini, perusahaan sawit ternama asal Kalimantan Selatan ini mampu cetak laba sebelum pajak sebesar Rp80 miliar hingga Rp90 miliar.
Meski begitu, langkah selanjutnya anggaran capital expenditure (capex) pun akan diturunkan menjadi Rp100 miliar.
Nominal ini menurun drastis dibanding tahun lalu yang mencapai Rp350 miliar lebih.
Rupanya alasannya adalah fokusan perusahaan pada tahun ini bukan lagi membangun infrastruktur pabrik, tetapi lebih fokus pada kinerja produksi sawit CPO terutama untuk produk biodiesel.
Sebagai informasi, usai pembangunan pabrik dan fasilitas pendukungnya menjadi fokusan JARR di tahun 2023, aset perusahaan pun menanjak dibanding tahun sebelumnya.
Kini emiten sawit Haji Isam ini mencatatkan total aset mencapai Rp3,36 triliun. Trennya terus meningkat dibanding tahun 2022 yang hanya sebesar Rp3 triliun dan tahun 2021 sebesar Rp2,4 triliun.***