

inNalar.com – Perkara terkait proyek Tol Mengwi-Gilimanuk di Kabupaten Tabanan, Bali ternyata belum juga usai.
Megaproyek sepanjang 96,84 kilometer tersebut diketahui telah mangkrak pembangunan selama satu tahun lebih.
Akibatnya, pekerjaan proyek yang ditargetkan untuk selesai pun tidak terealisasi.
Selain itu, mangkraknya pembangunan Tol Mengwi-Gilimanuk juga menjadikan masyarakat sekitar yang dilewati proyek harus menanggung dampak negatifnya.
Beberapa waktu yang lalu, diketahui masyarakat terdampak proyek Jalan Tol Mengwi-Gilimanuk menggekar sebuah aksi damai.
Aksi tersebut digelar di Jalan Antosari-Pupuan, Selemadeg Barat, Kabupaten Tabanan, Bali.
Adapun masyarakat yang mengikuti aksi damai tersebut mengenakan pakaian adat Bali.
Berdasarkan informasi penelusuran, masyarakat terdampak proyek menuntut kejelasan proyek jalan bebas hambatan tersebut terkait masalah pembebasan lahan mereka.
Diketahui, sejumlah masyarakat dari Kabupaten Jembrana, Tabanan, dan Badung sebenarnya sudah beberapa kali mempertanyakan terkait kelangsungan proyek tol tersebut.
Namun, hingga saat ini pemerintah belum menanggapi terkait pertanyaan masyarakat Bali tersebut.
Menurut informasi yang dikutip dari laman antaranews.com, disebutkan bahwa sebelumnya Menteri PUPR Basuki Hadimuljono telah menargetkan tender ulang proyek Tol tersebut.
Lelang ulang yang dilakukan pemerintah ini ditujukan untuk menanggung kekurangan modal investor yang sebelumnya membangun proyek Jalan Tol di Bali itu.
Menurut informasi, investor pembangun Tol Gilimanuk-Mengwi mengalami kekurangan dana, sehingga proyek tersebut terpaksa mangkrak selama satu tahun lebih.
Ditargetkan, pada bulan Juli 2024 nanti konstruksi proyek mulai berjalan.
Sedangkan, proses pembebasan lahannya ditargetkan terlebih dahulu selesai pada awal tahun 2024 ini.
Proyek tol yang diketahui melintasi 13 kecamatan dan 58 desa di tiga Kabupaten Bali itu diperkirakan menelan biaya investasi sekitar Rp24,6 triliun.***