Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan Sentil Tom Lembong yang Sebut Harga Nikel Dunia Turun, Tak Ada Dampak Negatif Bagi RI?

inNalar.com – Thomas Lembong atau yang lebih akrab disapa Tom Lembong merupakan Co-Captain dari Timnas AMIN pasangan capres cawapres nomor urut 2.

Ia menyebut bahwa harga nikel di dunia mengalami penurunan. Tidak tinggal diam, ternyata Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) RI Luhut Binsar Pandjaitan buka suara mengenai hal tersebut.

Luhut justru menjelaskan bahwa apabila harga tersebut mengalami kenaikan maka justru akan berbahaya bagi perekonomian.

Baca Juga: Menelan Dana Rp19,7 Triliun, Pembangunan Smelter di Maluku Utara Ini Sempat Tertunda, Apa Masalahnya?

Terlebih Indonesia saat ini menduduki sebagai negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia.

Menurutnya, apabila harganya tinggi maka hal tersebut akan menyebabkan industri baterai listrik beralih menggunakan bahan atau alternatif lainnya.

Ia pun mengungkap soal kasus cobalt yang telah terjadi tiga tahun lalu dimana harganya begitu melambung.

Baca Juga: Kapasitasnya 300 Ribu Barel per Hari, Proyek Kilang Minyak di Tuban Ini Butuh Infrastruktur Penunjang, Apa Saja?

Ini hanya menyebabkan orang mencari bentuk baterai lain salah satunya menjadi pemicu lahirnya LFP atau lithium ferro phosphate.

Luhut menjelaskan bahwa hal tersebut juga tentu sama berlakunya dengan nikel. Jika harga yang diberikan terlalu tinggi maka orang-orang akan mengambil alternatif lainnya.

Mengingat sekarang ini teknologi sudah berkembang degan sangat pesat. Ia juga menyinggung soal LFP yang belum bisa didaur ulang.

Baca Juga: Anggarannya Rp44,4 Miliar, Revitalisasi Pasar di Lampung Selatan Ini Bakal Hadirkan Konsep ‘Green Building’

Berbeda dengan lithium battery yang berbasis nikel dimana pemakaiannya masih bisa didaur ulang kembali.

Luhut Binsar Pandjaitan kembali menjelaskan mengenai pernyataan Tom Lembong yang sebut harga nikel jatuh atau menurun.

Ia mengungkapkan bahwa seharusnya hal tersebut dilihat terlebih dahulu dalam rentang waktu lebih panjang. Setidaknya selama 10 tahun terakhir.

Baca Juga: Kucurkan Rp75 Miliar, Sulawesi Selatan Kini Punya Jembatan Terpanjang yang Tahan Gempa Berkekuatan Besar, Teknologinya…

Menurutnya, siklus sebuah komoditi di pasar dunia akan selalu naik turun. Dengan begitu, tidak boleh melihat hanya dalam rentang 1 tahun saja.

Dilansir inNalar.com dari Antara, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan harga nikel dunia selama 10 tahun terakhir itu berada pada angka 15 ribu dolar AS.

Sedangkan pada periode tahun 2014 sampai dengan 2019 saat pemerintah melakukan hilirisasi harga rata-rata nikel hanya 12 ribu dolar AS.

Baca Juga: LMAN Siapkan Rp5,9 Triliun, Tanah Kasultanan Terdampak Proyek Jalan Tol Yogyakarta – Solo Masuki Progres Baru, Begini Kelanjutannya

Ia menyebut bahwa program hilirisasi yang didorong oleh pemerintah ini akan sangat bermanfaat bagi perekonomian di tanah air.

Luhut kembali menjelaskan bahwa tidak ada dampak negatif yang bisa dirasakan Indonesia dari penurunan harga tersebut.

Menurutnya, angka penerimaan ekspor komoditi ini juga masih tinggi selain itu penerimaan negara juga tinggi. ***

 

Rekomendasi