Sedot Biaya US$ 60 Juta, Tambang Bawah Tanah PT Freeport Indonesia di Mimika Papua Tengah Ini Gunakan Sistem Automasi Minegem, Apa Itu?

inNalar.com – Tiga tahun terakhir, PT Freeport Indonesia telah memfokuskan aktivitas penambangannya di area tambang bawah tanah.

Pihak perusahaan mulai ancangkan pengalihan lahan tambang ini sejak tahun 2004 silam, posisinya persis berada di bawah Tambang Grasberg.

Hingga akhirnya Tambang Deep Ore Zone (DOZ) untuk pertama kalinya menjadi gerbang awal PTFI untuk mulai melakukan kegiatan underground mining.

Baca Juga: Siapkan Dana Rp70 Triliun, Target Produksi PT Freeport Indonesia Makin Jumbo di 2024, Segini Estimasi Royalti ke Pemprov Papua Tengah 

Dari Site DOZ inilah perusahaan kemudian mulai berekspansi menuju tambang bawah tanah lainnya seperti Grasberg Block Cave (GBC).

Ada pula Site Deep Mill Level Zone (DMLZ). Melansir dari PTFI, dari kedua tambang bawah tanah itu diperkirakan menyimpan sumber daya sebesar 2 miliar ton.

Lebih lanjut, apabila ekplorasi secara lebih mendalam terus digali pihak perusahaan diperkirakan masih ada 1 miliar ton cadangannya.

Baca Juga: Habiskan Rp22,9 Triliun! Pembangunan IKN Progresnya Capai 71 Persen, Apa Saja yang Dibangun?

Dengan begitu, sumber daya yang ada mampu memperpanjang usia penambangan hingga 15 tahun ke depan.

Kemudian ada pula Tambang Kucing Liar yang direncanakan bakal mulai dioperasikan pada tahun 2024.

Menariknya dari tambang bawah tanah di Kabupaten Mimika, Papua Tengah ini adalah aktivitasnya yang cukup berbeda dari model penambangan open pit.

Baca Juga: Digagas Ahli Pengairan Belanda, Bendungan Pelenyap 14 Desa Senilai US$ 230 Juta di Purwakarta Jawa Barat Ini Diramal Mampu Berfungsi 276 Tahun

Para pekerja tambang banyak mengoperasikan lahan tambang melalui Control Room dan menggunakan sistem kendali jarak jauh.

Jadi para pekerja lebih banyak mengandalkan teknologi Minegem, apa itu?

Minegem adalah Mining Technology Engineer yang merupakan sistem pengoperasian otomatis yang menggerakkan berbagai peralatan tambangnya.

Baca Juga: Produksi Listrik 2.700 kWh, PLTA Senilai US$ 230 Juta di Purwakarta Jawa Barat Ini Sempat Tuai Kritikan Gegara Dinilai Overcapacity, Ternyata…

Jadi para pekerja akan mengoperasikan peralatan tambang dari sebuah ruang kontrol pengendali jarak jauh.

Layaknya sedang bermain gim, operator mengendalikan sebuah peralatan remote melalui monitor dari jarak kendalinya sekitar 8 kilometer dari lokasi tambang bawah tanahnya.

Penggunaan teknologi ini mendapatkan apresiasi dari banyak pihak lantaran mampu meningkatkan keselamatan, kenyamanan, dan efisiensi aktivitas tambang.

Baca Juga: Tidak Full Dibangun Pemerintah, Proyek Tol Senilai Rp5 Triliun di Jawa Barat Ini Jadi Penentu Keberhasilan Pelabuhan Terbesar di RI

Sistem otomatis yang dikendalikan dari teknologi canggih tersebut operatornya kebanyakan berasal dari pekerja asli Papua.

Sebagai informasi, PT Freeport Indonesia memiliki izin eksplorasi akhir pada tahun 2041.

Meski Tambang Terbuka (Open Pit) Grasberg tidak lagi aktif difungsikan untuk aktivitas penambangan.

Namun kini pihak perusahaan diketahui tengah fokus melakukan reklamasi bekas lahan tambang setidaknya sampai batas akhir izin eksplorasi.***

Rekomendasi