

inNalar.com – Mahmoud Abbas selaku Presiden Palestina meminta kelompok Hamas untuk bersepakat terkait pertukaran sandera dengan Israel.
Hal tersebut bertujuan untuk menghindari pengungsian warga Palestina di Jalur Gaza.
Mencapai kesepakatan pertukaran sandera merupakan hal yang mendesak untuk menghindari serangan Israel di Rafah.
Pasalnya, serangan tersebut akan menyebabkan ribuan kematian dan bencana kemanusiaan yang lebih parah.
Tak hanya itu, Mahmoud Abbas juga meminta AS dan negara-negara Arab untuk berusaha menyelesaikan kesepakatan tersebut secepat mungkin.
Diketahui bahwa Para pejabat dari Israel, Mesir, Qatar dan Amerika mengadakan pertemuan di Kairo pada hari Selasa 13 Februari 2024.
Pertemuan tersebut membahas gencatan senjata di Gaza dan pertukaran sandera antara Hamas dan Israel.
Meskipun demikian, posisi Hamas tidak berubah dan masih bersikeras untuk mengakhiri perang yang tidak diterima oleh Israel.
Minggu lalu, Hamas mengusulkan rencana tiga tahap untuk gencatan senjata di Gaza.
Dilansir inNalar.com dari yenisafak.com, gencatan senjata tersebut mencakup jeda pertempuran selama 135 hari.
Sebagai gantinya, akan ada pertukaran sandera antara kedua belah pihak.
Namun, Netanyahu menolak tawaran Hamas untuk berspakat mengenai gencatan senjata.
Netanyahu malah bersumpah untuk melanjutkan perang di Gaza sampai kemenangan telak atas kelompok Palestina.
Bahkan, Tentara Israel berencana melancarkan serangan darat di Rafah yang mana menjadi rumah bagi lebih dari 1,4 juta penduduk yang mencari perlindungan dari perang.
Hingga kini, pertempuran antara Israel dan Hamas menewaskan setidaknya 28.567 orang.
Kemudian, lebih dari 68 ribu warga Palestina lainnya terluka.***