

inNalar.com – Apa boleh buat, salah satu bentang jalan tol di Sumatera Utara yang seharusnya beres 2023 berakhir jadi proyek molor.
Faktor penyebab molornya pengerjaan jalan tol kepunyaan Sumatera Utara ini dibeberkan langsung oleh Hutama Karya (HK).
Sebagai informasi terlebih dahulu, Hutama Karya adalah pengelola ruas Jalan Tol Binjai – Langsa.
Salah satu dari lintasan yang tengah diprogres panjangnya melintang 18,9 kilometer.
Lantas apa faktor penyebab proyek jalan bebas hambatan ini progresnya belum mampu capai target?
Persoalan yang menyebabkan proyek ini berakhir ngadat sedikit banyak disebabkan oleh karakteristik jalur proyek yang terbilang sangat ‘spesial’.
Deretan kendala ‘spesial’ tersebut diungkapkan secara gamblang melalui YouTube Hutama Karya.
Namun sebelumnya penting diketahui, jalan tol sepanjang 18,9 kilometer di Sumatera Utara yang disebut menjadi proyek molor ini adalah bentang Tanjung Pura – Pangkalan Brandan.
Pihak HK mengungkap bahwa pengerjaan terpaksa molor dikarenakan terdapat tantangan di lokasi proyek yang perlu ditaklukkan.
Faktor penyebab pertama Proyek Jalan Tol Tanjung Pura – Pangkalan Brandan di Sumatera Utara diungkap oleh Kepala Proyek Zona 4 I Made Winartha Sentana.
“Memang untuk Jalan Tol Binjai – Pangkalan Brandan ini Mbak dari STA-39 sampai dengan STA 46 itu terdapat karakter tanah lunak yang harus kita tangani,” ujar Kepala Proyek I Made Winarta Sentana.
Faktor penyebab kedua, proyek strategis Jalan Tol ‘Spesial’ kepunyaan Sumatera Utara ini dapat dilihat dari jalurnya.
Disebut ‘spesial’ karena lintasan tol ini melintasi pipa gas milik Pertamina Gas (Pertagas).
Lintasan tersebut berada di Jalan Tol Tanjung Pura – Pangkalan Brandan STA 52. Otomatis, SOP dan standar keamanan yang diterapkan perlu perhatian super ketat.
Meski berakhir jadi proyek molor, di sinilah kolaborasi dan strategi putar otak tingkat di tinggi dilakukan pihak Hutama Karya dan Pertamina Gas.
Lantas bagaimana Hutama Karya mensiasati kendala jalur proyek yang bersinggungan dengan Pertamina Gas ini?
Pihaknya membuat sebuah panel terowongan yang ukurannya telah diperhitungkan secara cermat agar kendaraan bisa melintas underpass.
Penanggungjawab Proyek STA 52 Hutama Karya, Bagus Sagita Gilang Perdana membenarkan bahwa pengerjaan tersebut membutuhkan standar keamanan yang tinggi.
Supervisor HSE District Brandan dari Pertagas, Eko Maryono pun menjelaskan bahwa ada cara khusus agar pipa gas terjaga dan tidak terkena dampak proyek jalan tol ini.
Demi mengamankan pipa gas, pihaknya pun membangun Bore Pile, sebuah pondasi jalan tol yang bentuknya seperti tabung panjang dan ditancapkan ke tanah.
Selain itu, dipasang pula geotex hingga atap pada bagian struktur temporary-nya agar pipa tersebut aman dari paparan sinar UV dan cuaca dinamis yang rentan merusak lapisan jalur gasnya.
Sebagai informasi tambahan, adanya upaya penerapan standar keamanan super ketat pada proyek ini disebabkan karena pipa gas masih dalam kondisi aktif dan bertekanan tinggi.
Pipa gas yang bersinggungan dengan proyek Jalan Tol Tanjung Pura – Pangkalan Brandan ini mengalir untuk memberi manfaat dari daerah Arun sampai dengan Belawan.
Pengaliran gas tersebut penting bagi keberlangsungan industri, rumah tangga, industri pupuk, hingga pembangkit listrik untuk penuhi kebutuhan masyarakat Sumatera Utara dan Aceh.
“Apabila terjadi gangguan pada pipa tersebut dapat menyebabkan gangguan listrik pada 2 provinsi,” ungkap Eko dari pihak Pertagas.***