66,9 Km dari Palembang, Pondok Pesantren Tertua di Sumatera Selatan Ini Sempat Terancam Punah di Era Kolonial

inNalar.com – Apabila kita membahas pondok pesantren yang tersebar di Indonesia, tentu akan banyak ditemukan sekolah agama yang usianya sudah legendaris terutama di salah satu kota Sumatera Selatan ini.

Menurut sejarah penyebaran Islam di Indonesia, pintu masuk berkembangnya Islam dan pendidikan berbasis pesantren utamanya dan salah satunya ada di Kota Palembang, Sumatera Selatan.

Hal ini disebabkan karena adanya kerajaan Islam di Palembang. Dari kota tersebut itulah akhirnya persebaran pesantren di Sumatera Selatan mulai berkembang ke daerah lainnya.

Baca Juga: 3 Pesantren Terbaik di Palembang, Sumatera Selatan: Pondok di Plaju Punya Pusat Rehabilitasi Narkoba

Nah, uniknya institusi pendidikan berbasis agama Islam dan asrama yang usianya sangat legendaris alias tertua di provinsi justru bukan berada di kota yang tengah kita bahas sebelumnya.

Sekolah agama yang usianya sudah memasuki usia 92 tahun ini rupanya telah mengakar kuat di daerah yang jaraknya 66,9 kilometer dari ibukota provinsinya.

Apakah kamu tahu daerah manakah itu? Rupanya pondok pesantren tertua di Sumatera Selatan bukan ada di Palembang, melainkan di Kabupaten Ogan Ilir.

Baca Juga: Ini 3 Pondok Pesantren Terbaik di Bengkulu, Salah Satunya Diberi Nama Langsung oleh Presiden RI ke-2 Soeharto

Pondokan ini sudah berdiri sejak tahun 1930. Masa tersebut merupakan awal perkembangan Islam di Indonesia.

Hal yang bikin mencengangkan adalah pesantren yang terletak di Ogan Ilir ini dibangun oleh sosok pendakwah sederhana yang teramat gigih dan konsisten.

Sosoknya adalah KH. Anwar bin Kumpul. Ia membangun tempat belajar berbasis agama dan asrama berbekal dari keilmuannya yang dipertajam dari hasil pengembaraannya.

Baca Juga: Ada Temuan Bersejarah di Pulau Mungil Bengkulu Seluas 100 M2, Lokasinya di Pesisir Daratan ‘Tikus’

KH. Anwar diketahui telah menimba ilmu dengan berbagai ulama besar di Ogan Ilir sampai saatnya beliau berangkat ke Timur Tengah, yakni Mekkah, untuk belajar langsung di sana.

Saat di Mekkah, KH. Anwar belajar di Madrasah Shaulatiyah. Selepas menyelesaikan masa pendidikannya, ia bercita-cita untuk membangun sebuah pesantren di daerah asalnya sendiri.

“Melalui perjalanan di berbagai tempat tersebut, K.H. Anwar memiliki cita-cita mendirikan Pesantren di tanah kelahirannya di desa Seri Bandung, Ogan Ilir, Sumatera Selatan”, dikutip dari Jurnal Sejarah dan Kebudayaan Islam (Syarifuddin dkk, 2021:657).

Baca Juga: Lahan Bekas Hotel Tua dan Klub Malam Terbengkalai ‘Disulap’ Jadi Sekolah Seni Paling Nyentrik di New York

Sejak itulah, kabupaten tanah kelahirannya memiliki sebuah pondok pesantren bernama ‘Ponpes Nurul Islam’. Lokasinya berada di Desa Seri Bandung.

Reputasi Ma’had Nurul Islam semakin kuat sebab KH. Anwar kala itu diketahui telah memperdalam keilmuannya di Mekkah.

Kendati masih eksis hingga sekarang, tahukah bahwa pondok ini dahulu juga sempat mendapatkan tekanan dari kolonialis Belanda.

Baca Juga: Ini Universitas Terbaik di Dubai, Fasilitas Kampusnya Modern Futuristik Tapi Biayanya Paling Terjangkau

Pada tahun 1925, kolonialis Belanda menerapkan aturan yang mempersulit KH Anwar untuk mengembangkan pesantrennya.

Sang Kyai sempat dicurigai melakukan manuver reformasi Indonesia melalui politik dan pendidikan.

Namun keberuntungan tetap berpihak kepada KH. Anwar, berkat bantuan tokoh adat di Sumatera Selatan pada akhirnya Pesantren Nurul Islam terus berkembang hingga hari ini.

Baca Juga: Berdiri di Kota 2 Benua, Ini Dia Universitas Swasta terbesar di Turki yang Dikelola Anak Presiden Erdogan

Mulanya pondokan ini dimulai dengan 35 murid saja. Namun seiring berjalannya waktu semakin banyak santri yang berminat menimba ilmu agama di sana.

Adapun spesialisasi keilmuan yang dihasilkan dari pendidikan pesantren ini lebih berfokus pada fiqih, tauhid, dan ilmu alat.***

Rekomendasi