

inNalar.com – Pembangunan megaproyek Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) masih dibayangi kendala serius. Selain soal biaya yang tinggi, empat hal ini juga wajib disorot untuk menghindari proyek mangkrak.
JTTS adalah jaringan jalan tol sepanjang 2.818 km yang akan menghubungkan kota-kota di pulau Sumatera, dari Lampung hingga Aceh.
Keberadaan JTTS ini sangat penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi di Pulau Sumatera.
Secara keseluruhan jalan tol tersebut rencananya terbagi menjadi 24 ruas jalan.
Per Februari 2024, Kementerian PUPR mengatakan terdapat 15 ruas Jalan Tol Trans Sumatera yang telah beroperasi dengan total panjang 884,5 kilometer.
PT Hutama Karya selaku pengembang utama proyek ini terus mengebut pembangunan di sejumlah daerah.
Baca Juga: Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 4 Halaman 46 Kurikulum Merdeka
Salah satunya yakni pembangunan infrastruktur jalan tol di Sumatera Selatan.
Meski demikian, mimpi Sumatera Selatan memiliki jalan tol sepertinya masih jauh dari kenyataan, proyek ambisius ini terkendala sejumlah masalah kompleks.
Perkiraan investasi yang dibutuhkan untuk pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera mencapai Rp475,96 triliun.
Baca Juga: Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 6 SD Halaman 50 Kurikulum Merdeka: 3 Kesenian Pilihanku Adalah…
Lebih lanjut, persoalan pertama terkait pengadaan tanah di Sumatera Selatan belum sepenuhnya rampung.
Per 18 Juni 2024, tercatat baru 84 persen lahan yang berhasil dibebaskan untuk pembangunan jalan tol.
Sisanya masih dalam tahap negosiasi alot baik dari masyarakat dan pihak yang berkepentingan.
Kemudian, kendala kondisi geografis di Sumsel juga menjadi tantangan sendiri. Stabilitas tanah menjadi masalah yang sering dijumpai.
Lahan gambut dan rawa rasanya tidak bisa lepas dari Provinsi Sumatera Selatan. Kondisi tersebut memerlukan perlakuan khusus untuk memastikan fondasi jalan tol stabil.
Tak hanya itu, banyak pemukiman penduduk berada di atas lahan gambut, sehingga proses pembebasan lahan menjadi lebih kompleks.
Selanjutnya, pembangunan jalan tol di daerah berbukit juga membutuhkan biaya konstruksi yang lebih tinggi karena memerlukan konstruksi khusus seperti jembatan atau terowongan.
Pembangunan jalan tol di Sumatera Selatan berpotensi menyebabkan erosi dan sedimentasi di sungai, sehingga perlu dilakukan upaya mitigasi dengan serius.
Hutama Karya selaku pengembang proyek, bisa mengatasi kendala-kendala tersebut dengan berbagai upaya, salah satunya studi kelayakan yang mendalam dan menggunakan teknologi konstruksi modern.