

inNalar.com – Pembangunan jalan tol penghubung Jambi dan Riau memang menjadi kunci percepatan pertumbuhan ekonomi.
Namun, di balik keindahan aspal mulus dan jarak yang singkat, tersimpan dampak lingkungan yang cukup serius.
Terlebih jika proyek jalan tol Jambi-Riau harus membabat 800 hektare lahan hutan.
Proyek Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) ruas Jambi-Riau membetot perhatian. Proyek ambisius ini memang memperlancar arus transportasi dari kedua provinsi tersebut.
Namun di balik target yang mulia, muncul kekhawatiran akan dampak lingkungan yang ditimbulkan.
Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), diperkirakan hampir 800 hektare hutan di Riau harus ditebas untuk memberikan proyek jalan tol ini.
Baca Juga: Butuh Rp475 Triliun, Empat Hal Ini Bikin Sumatera Selatan Gagal Punya Jalan Tol Megah
Hal tersebut diketahui melalui penerbitan Surat Keputusan (SK) persetujuan kawasan hutan yang diterima Pemerintah Provinsi Riau dari KLHK.
Angka tersebut tentu sangat mengkhawatirkan, mengingat pentingnya hutan bagi keberlangsungan hidup dan ekosistem.
Perlu dipahami secara menyeluruh, bahwa penebangan hutan secara besar-besaran akan merusak habitat dan mengganggu keseimbangan ekosistem.
Selain itu, hutan juga memiliki peran krusial dalam menyerap air hujan dan mencegah erosi. Dengan hilangnya hutan, risiko terjadinya bencana akan meningkat.
Hutan berperan penting sebagai karbondioksida. Penebangan 800 hektare lahan berpotensi meningkatkan emisi gas rumah kaca dan mempercepat perubahan iklim.
Megaproyek Jalan Tol Trans Sumatera memang tengah dikebut oleh PT Hutama Karya selaku pihak pengembang.
JJTS didukung langsung oleh Kementerian PUPR. Salah satu proyek yang akan selesai adalah pembangunan Jalan tol Jambi Rengat yang menghubungkan provinsi Jambi dan Provinsi Riau.
Pembebasan lahan proyek Jalan tol Jambi-Rengat yang melewati Tanjung Jabung Barat juga sudah rampung dan tinggal menunggu proses pembangunannya.
Adapun pembiayaan dari megaproyek ini dijamin oleh Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB), dengan nilai investasi Rp23 triliun.