Ada ‘Gunung Emas’ di Sumatera Barat Setinggi 2.919 Meter Yang Sudah Digali Sejak Era Kolonial Belanda

inNalar.com – Sumatera Barat sudah dikenal luas sebagai tanah dengan kekayaan emas yang berlimpah.

Namun tahukah kamu bahwa Sumatera Barat telah berhias emas sejak era kolonial Belanda?

‘Harta karun’ emas gunung tertinggi Sumatera Barat telah diekploitasi sejak Pemerintah Hindia Belanda.

Baca Juga: 4 Provinsi Dengan Potensial Platina Terbesar di Indonesia, ‘Harta Karun’ Paling Jumbo Ada di Kalimantan Timur!

“Catatan sejarah industri ekstraksi sumber daya alam di Indonesia, berlangsung secara masif di era Pemerintah Belanda,” mengutip dari dokumen Grand Strategy Minerba Kementerian ESDM.

Jika ditarik garis hingga zaman kerajaan, kegiatan pertambangan mineral berkilau ini sudah mulai ditatakelola aktivitasnya sejak akhir 1850.

Eksploitasi alam tanah Minangkabau ini telah dimulai setelah Ereenigde Oostindische Compagnie alias VOC telah membangun Dienst Van Het Mijnwezen.

Baca Juga: Mengamati Infografik Tipe Keluarga, Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 9 SMP Halaman 25 26 Kurikulum Merdeka

Dienst Van Het Mijnwezen atau yang biasa kita kenal sebagai Dinas Pertambangan, menjadi alat kolonial Belanda mengoptimalisasi hasil kekayaan hasil tambang Sumatera Barat.

Lantas, ‘gunung emas’ manakah yang disebut menjadi incaran para penjajah terdahulu?

‘Harta karun’ emas ini berada di gunung tertinggi Sumatera Barat, namanya adalah Gunung Ophir.

Baca Juga: Alokasi Dana Desa Kabupaten Situbondo 2024 Capai Rp 150 Miliar, Pembangunan Desa Bakal Dipercepat?

Jika kita menelusuri jejaknya di peta terkini, dapat diketahui bahwa Gunung Ophir juga disebut dengan Gunung Talamau.

Menariknya, sejak 1900-an, semakin banyak penjelajah sekaligus peneliti Eropa memburu gunung penuh ‘harta karun’ ini.

Alasannya tidak lain dan tidak bukan ialah karena kekayaan emas berlimpah di daerah tersebut.

Baca Juga: Memahami Teks ‘Nama Keluarga’, Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 9 SMP Halaman 18 19 20 Kurikulum Merdeka

Selain itu, Sumatera Barat juga memang menjadi primadona penghasil rempah-rempah berkualitas super di Indonesia.

Bahkan tidak jarang rasa penasaran muncul sebab penyebutan Sumatra sebagai Pulau Emas terekam dalam catatan kesejarahan.

Contohnya seperti saat seorang tokoh pemuka Buddha Tiongkok I Tsing pada abad ke-7 M, Sumatra disebut dengan Chin-chou atau Pulau Emas.

Baca Juga: Kabar Gembira! Dana Desa Bondowoso 2024 Sudah Cair, Jumlahnya Lebih Besar dari yang Diprediksi

Sebutan itu disebutkan saat dirinya mengunjungi Kerajaan Sriwijaua. Bahkan demikian pula dalam Prasasti Nalanda India pada sekitar tahun 820.

Dalam peninggalan prasasti tersebut, Sumatra disebut Suwarnadwipa yang artinya Pulau Emas.

Catatan tersebut diperkuat dengan pernyaraan bahwa aktivitas pertambangan emas sudah marak dilakukan sejak zaman kerajaan.

Baca Juga: Dana Desa 2024 Kabupaten Banyuwangi Cair Rp 227 Miliar, Kabat Sandang Predikat Alokasi Tertinggi

Melansir dari dokumen Grand Strategy Minerba ESDM, terungkap Gunung Ophir, Sumatera Barat inilah yang dimaksudkan.

Saat kita pun menelusuri jejak emas dan perak melalui pemetaan potensi geologi ESDM, terlihat di sekitar dataran setinggi 2.919 meter ini masih memiliki potensi yang cukup prospektif.

Terdekat dari Gunung Ophir, Kabupaten Pasaman Barat pun juga mempunyai catatan bijih terkira sebanyak 6.482.750 Ton emas.

Baca Juga: Unik! Penghuni Kampung di Pucuk Barat Gorontalo Ini Jarang Menapak Tanah, Ternyata Karena…

Sumber daya tereka di Simpang Tonang dan Cubadak ini pun mencapai 5.204.750 Ton.

Ada pula potensi perak terukur sebanyak 75.000 ton di Balimbing, Pasaman Barat, Sumatera Barat.

Sementara di sisi lain Gunung Ophir terdapat pula potensi bijih perak terukur di Kabupaten Limapuluh Kota, tepatnya di Mangani sebanyak 75.473 Ton.***

Rekomendasi