

inNalar.com – Lidah orang Indonesia tidak bisa jauh dari rasa pedas, namun agaknya sulit bagi warga DKI Jakarta untuk mendapatkan rasa ini lantaran kecilnya produksi cabai rawit.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2023 produksi komoditas ini di ibukota ini hanya mencapai 1 ton.
Padahal setiap tahunnya, permintaan akan si buah pedas di daerah metropolitan ini terus meningkat.
Baca Juga: ‘Harta Karun’ Budaya Indonesia di Ambang Punah: 12 Bahasa Daerah Maluku Kini 0 Penutur
Akibatnya, pemerintah DKI Jakarta terpaksa mencari pasokan dari berbagai daerah, bahkan hingga impor dari luar negeri.
Dampaknya adalah melambungnya harga perasa pedas ini karena tingginya biaya distribusi hingga sampai ke ibukota.
Dalam hal ini, pemerintah bisa menetapkan harga acuan yang wajar untuk cabai untuk memastikan petani, pedagang, dan konsumen mendapatkan keuntungan yang adil.
Baca Juga: Jengkol Bukan Cuma Bau, Ini Dia 6 Fakta Mengejutkan Tentang Si Raja Bau Sumatera Barat
Di sisi lain, ada provinsi di Indonesia yang produksi cabai rawitnya mencapai 562.816 ton pada tahun 2023.
Ialah provinsi Jawa Timur yang lagi-lagi unggul jika membahas soal hasil pertanian di Indonesia.
Produksi cabai rawit di provinsi ini melimpah, yang dihasilkan dari beberapa daerah seperti Malang, Kediri, dan Banyuwangi menjadi pusat produksi komoditas ini yang terkenal.
Baca Juga: Getirnya Realitas Pendidikan di Papua: Guru Berkualifikasi Tinggi Sulit Bertahan Karena…
Memang tak diragukan lagi tingkat kesuburan tanah di provinsi ini, selain cabai rawit Jawa Timur menjadi nomor 1 dalam produksi tembakau, bawang merah, dan kentang.
Kendati demikian, karena si perasa pedas ini merupakan hasil pertanian yang mudah busuk, pendistribusian ke DKI Jakarta agaknya tidak semulus yang dibayangkan.
Para pemasok harus dihadapkan pada masalah harga yang melambung tinggi karena biaya transportasinya sampai pada masalah logistik.
Baca Juga: 10 Provinsi Tersantai di Indonesia: Pemudanya Banyak yang Pengangguran, Bukan di Jawa Barat, Tapi…
Soal distribusi ini, seharusnya bisa diatasi dengan pengangkutan menggunakan truk berpendingin khusus untuk menjaga kualitas hasil pertanian yang dikirm.
Sebenarnya, selain di Jawa Timur ada daerah di pulau jawa lainnya yang juga menjadi penghasil komoditas ini.
Di posisi ke-2 ada Jawa Tengah dengan total produksi 249.208 ton, lalu disusul Jawa Barat dengan total produksi 163.989 ton.
Baca Juga: Kualitas Pendidikan di Papua Rendah: Lebih dari 50 Persen Kelas Rusak Bahkan Gak Punya Toilet
Jika dilihat dari jarak, distribusi hasil pertanian dari Jawa Barat terbilang lebih mudah untuk sampai di DKI Jakarta.
Namun ada hal lain yang perlu dipertimbangkan juga, apakah kebutuhan di dalam daerahnya sendiri sudah terpenuhi atau belum mengingat hasil produksinya tak sebanyak dari Jawa Timur.
Pemerintah DKI Jakarta diharapkan dapat bekerja sama lebih erat dengan provinsi penghasil cabai rawit, khususnya Jawa Timur, untuk memperbaiki distribusi dan memastikan ketersediaan si pedas ini di pasaran.
Baca Juga: Terbelit Tunggakan Rp41 Miliar, Pabrik Kertas Tertua di Jawa Timur Ini Resmi Bangkrut
Dengan produksi yang melimpah di beberapa provinsi, potensi ini harus dimaksimalkan agar harga tetap stabil dan pasokan mencukupi.
Pengelolaan rantai pasok yang lebih efektif menjadi kunci untuk mengatasi krisis cabai rawit di ibukota.***