Potret Kerukunan dan Toleransi Beragama Antar Umat Islam dan Hindu di Lombok, Punya Tradisi Perang Topat

inNalar.com – Terletak di antara Pulau Bali dan Pulau Sumbawa, Lombok merupakan salah satu pulau utama di provinsi Nusa Tenggara Barat.

Dengan sekitar 85% penduduknya berasal dari suku Sasak, Lombok juga dihuni oleh suku Bali, Samawa, Mbojo, Jawa, Bugis, Arab, dan Tionghoa.

Keberagaman ini tidak hanya terlihat dalam suku, tetapi juga dalam agama, di mana sekitar 80% penduduk memeluk agama Islam, sehingga pulau ini dijuluki sebagai “pulau seribu masjid.”

Baca Juga: 12 Pantangan Suku Jawa yang Mempengaruhi Karakter, Nomor 11 Siap-Siap Terkejut!

Namun, keberadaan 15% penduduk yang beragama Hindu dan 5% yang menganut agama lainnya menambah warna keberagaman masyarakat Lombok.

Toleransi antarumat beragama di Lombok telah terjalin sejak ratusan tahun lalu, khususnya antara umat Islam dan Hindu. Salah satu contoh nyata dari kerukunan ini adalah tradisi Perang Topat yang diadakan di Lingsar.

Meskipun namanya mengandung kata “perang,” tradisi ini tidak berarti konflik atau pertempuran. Sebaliknya, Perang Topat melambangkan kedamaian dan kebersamaan masyarakat Lombok dalam menjalankan kehidupan beragama.

Baca Juga: 6 Desa Unik di Indonesia: Ada Desa Mini Cuma 7 Penduduk hingga Warisan Budaya UNESCO

Selama perayaan ini, umat Islam dan Hindu berkumpul untuk merayakan persatuan mereka, tanpa adanya gesekan atau konflik. Kegiatan ini merupakan wujud nyata dari toleransi yang mendalam dan saling menghargai di antara dua keyakinan yang berbeda.

Selain itu, kerukunan ini juga tercermin di Istana Air Mayura, yang dibangun oleh AA Ngurah Made Karang Asem pada tahun 1744. Pembangunan istana ini didukung oleh Raja Makassar yang beragama Islam, yang mengirimkan burung merak untuk mengatasi masalah ular di area tersebut.

Nama “Mayura,” yang berarti “burung merak” dalam Bahasa Sansekerta, diambil untuk mengabadikan jasa Raja Makassar tersebut.

Bangunan ini tidak hanya menjadi simbol toleransi, tetapi juga menampilkan beberapa patung yang menggambarkan orang Islam yang telah menunaikan ibadah haji.

Dengan segala latar belakang sejarah dan tradisi yang mengakar, Lombok menjadi contoh yang kuat tentang bagaimana kerukunan dan toleransi beragama dapat terjalin harmonis dalam kehidupan sehari-hari.

Toleransi ini menunjukkan bahwa meskipun terdapat perbedaan, masyarakat Lombok mampu hidup berdampingan dengan penuh rasa hormat dan saling pengertian.

.***

Rekomendasi