Perusahaan Tambang Batu Bara Terbesar di Indonesia Terlilit Utang US$350 Juta


inNalar.com
– Perusahaan tambang batu bara terbesar di Indonesia, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) rupanya juga tidak lepas dari hutang.

ADRO menghadapi tantangan dalam pengelolaan utang sebesar sebesar US$350 juta.

Utang perusahaan tambang batua bara di Kalimantan Selatan itu merupakan perjanjian fasilitas pinjaman yang dibuat pada 29 Juli 2022 dengan sindikasi bank internasional dan nasional.

Baca Juga: Menumpuk Hingga 270 Ton, Pemerintah Bandung Barat Ungkap Sampah di Sungai Citarum Jadi Tanggung Jawab Semua Pihak

Berdasarkan Laporan Keuangan PT Adaro Energy Tbk tertanggal 31 Maret 2024, perusahaan memiliki berbagai pinjaman dengan bank tertentu.

Salah satu perjanjian penting adalah Perjanjian Fasilitas senilai US$350 juta , yang mencakup pinjaman berjangka senilai US$150 juta dan pinjaman bergulir senilai US$200 juta.

Hutang pinjaman perusahaan tambang batu bara ini difasilitasi oleh sindikasi bank dengan Bank Mandiri sebagai agen utama.

Baca Juga: Masuk Janji Manis Cagub Jawa Barat, 21 Kecamatan di Kabupaten Bogor Akan Jadi Wilayah Baru di 2026

Pinjaman berjangka tersebut memiliki jangka waktu 60 bulan dan dikenakan bunga sebesar SOFR ditambah persentase.

Perjanjian yang tak kalah penting lain adalah perjanjian kredit senilai Rp144,8 miliar (US$9,5 juta). Dana tersebut ini dijamin dengan berbagai agunan, seperti saham yang dijaminkan, rekening bank, dan jaminan fidusia.

Perusahaan ADRO juga tercatat memiliki total liabilitas mencapai US$2,67 miliar. yang mencakup liabilitas jangka pendek dan jangka panjang. Jumlah ini menurun dari US$3,06 miliar pada akhir tahun 2023.

Baca Juga: Kota dengan Perpustakaan Terakreditasi Terbanyak di Bali, Denpasar Termasuk Tapi Jumlahnya Gak Sampai Ratusan

Dalam bisnis tambang, pengelolaan keuangan yang cermat sangat penting dalam menjaga stabilitas perusahaan.

Seperti yang terjadi pada PT Adaro Energy Tbk, utang di atas bukan hanya tentang kewajiban finansial, melainkan strategi dalam mempertahankan operasi yang efisien dan ekspansi berkelanjutan.

Pinjaman sebesar US$350 juta terdiri dari dua bagian, yakni Pinjaman berjangka dan Fasilitas pinjaman bergulir.

Baca Juga: Disebut Kota Santri, Tasikmalaya Ternyata Tak Masuk Daerah dengan Penganut Agama Islam Terbanyak di Jawa Barat

Kedua fasilitas ini memiliki jatuh tempo selama 60 bulan sejak tanggal perjanjian.

Adapun pembayaran cicilan kuartalan dimulai pada Januari 2023, menariknya , suku bunga yang dikenakan menggunakan SOFR (Secured Overnight Financing Rate).

Selama periode tiga bulan yang berakhir pada 31 Maret 2024, Adaro Energy telah melakukan pembayaran cicilan sebesar US$7,5 juta atas pinjaman berjangka.

Baca Juga: Tembus Pasar Internasional, Ini Dia 4 Fakta Menarik Tentang Kakao Asal Sulawesi Tengah

Hingga akhir Maret 2024, saldo terutang dari fasilitas ini mencapai US$112,5 juta , turun dari US$120 juta.

Selain itu, fasilitas pinjaman revolving juga menunjukkan peningkatan. Pada akhir Maret 2024, saldo terutang dari fasilitas ini mencapai US$109 juta , naik signifikan dari US$58 juta pada Desember 2023.

Peningkatan terjadi karena adanya penarikan sebesar US$51 juta selama kuartal pertama 2024, yang tidak diikuti dengan pembayaran kembali.

Baca Juga: 5 Sekolah di Surabaya Ini Punya Kurikulum Internasional, Jadi Kumpulan Anak Orang Kaya!

Bank Mandiri, sebagai agen utama dalam sindikasi pinjaman, memegang peran kunci dalam pengelolaan pembiayaan ini.

Meskipun beban utangnya signifikan, Adaro Energy tampaknya masih mampu menjaga kestabilan arus kas dan memenuhi kewajiban pembayarannya. Total liabilitas perusahaan tercatat US$2,67 miliar.

Secara keseluruhan, perusahaan masih memiliki kewajiban yang cukup besar, namun telah menunjukkan kemampuan untuk memenuhi kewajiban pembayaran cicilan pada pinjaman berjangka.

Baca Juga: 5 Sekolah di Surabaya Ini Punya Kurikulum Internasional, Jadi Kumpulan Anak Orang Kaya!

Namun, peningkatan saldo pada pinjaman bergulir menunjukkan adanya kebutuhan likuiditas tambahan.

Rekomendasi

Perusahaan Tambang Batu Bara Terbesar di Indonesia Terlilit Utang US$350 Juta


inNalar.com
– Perusahaan tambang batu bara terbesar di Indonesia, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) rupanya juga tidak lepas dari hutang.

ADRO menghadapi tantangan dalam pengelolaan utang sebesar sebesar US$350 juta.

Utang perusahaan tambang batua bara di Kalimantan Selatan itu merupakan perjanjian fasilitas pinjaman yang dibuat pada 29 Juli 2022 dengan sindikasi bank internasional dan nasional.

Baca Juga: Menumpuk Hingga 270 Ton, Pemerintah Bandung Barat Ungkap Sampah di Sungai Citarum Jadi Tanggung Jawab Semua Pihak

Berdasarkan Laporan Keuangan PT Adaro Energy Tbk tertanggal 31 Maret 2024, perusahaan memiliki berbagai pinjaman dengan bank tertentu.

Salah satu perjanjian penting adalah Perjanjian Fasilitas senilai US$350 juta , yang mencakup pinjaman berjangka senilai US$150 juta dan pinjaman bergulir senilai US$200 juta.

Hutang pinjaman perusahaan tambang batu bara ini difasilitasi oleh sindikasi bank dengan Bank Mandiri sebagai agen utama.

Baca Juga: Masuk Janji Manis Cagub Jawa Barat, 21 Kecamatan di Kabupaten Bogor Akan Jadi Wilayah Baru di 2026

Pinjaman berjangka tersebut memiliki jangka waktu 60 bulan dan dikenakan bunga sebesar SOFR ditambah persentase.

Perjanjian yang tak kalah penting lain adalah perjanjian kredit senilai Rp144,8 miliar (US$9,5 juta). Dana tersebut ini dijamin dengan berbagai agunan, seperti saham yang dijaminkan, rekening bank, dan jaminan fidusia.

Perusahaan ADRO juga tercatat memiliki total liabilitas mencapai US$2,67 miliar. yang mencakup liabilitas jangka pendek dan jangka panjang. Jumlah ini menurun dari US$3,06 miliar pada akhir tahun 2023.

Baca Juga: Kota dengan Perpustakaan Terakreditasi Terbanyak di Bali, Denpasar Termasuk Tapi Jumlahnya Gak Sampai Ratusan

Dalam bisnis tambang, pengelolaan keuangan yang cermat sangat penting dalam menjaga stabilitas perusahaan.

Seperti yang terjadi pada PT Adaro Energy Tbk, utang di atas bukan hanya tentang kewajiban finansial, melainkan strategi dalam mempertahankan operasi yang efisien dan ekspansi berkelanjutan.

Pinjaman sebesar US$350 juta terdiri dari dua bagian, yakni Pinjaman berjangka dan Fasilitas pinjaman bergulir.

Baca Juga: Disebut Kota Santri, Tasikmalaya Ternyata Tak Masuk Daerah dengan Penganut Agama Islam Terbanyak di Jawa Barat

Kedua fasilitas ini memiliki jatuh tempo selama 60 bulan sejak tanggal perjanjian.

Adapun pembayaran cicilan kuartalan dimulai pada Januari 2023, menariknya , suku bunga yang dikenakan menggunakan SOFR (Secured Overnight Financing Rate).

Selama periode tiga bulan yang berakhir pada 31 Maret 2024, Adaro Energy telah melakukan pembayaran cicilan sebesar US$7,5 juta atas pinjaman berjangka.

Baca Juga: Tembus Pasar Internasional, Ini Dia 4 Fakta Menarik Tentang Kakao Asal Sulawesi Tengah

Hingga akhir Maret 2024, saldo terutang dari fasilitas ini mencapai US$112,5 juta , turun dari US$120 juta.

Selain itu, fasilitas pinjaman revolving juga menunjukkan peningkatan. Pada akhir Maret 2024, saldo terutang dari fasilitas ini mencapai US$109 juta , naik signifikan dari US$58 juta pada Desember 2023.

Peningkatan terjadi karena adanya penarikan sebesar US$51 juta selama kuartal pertama 2024, yang tidak diikuti dengan pembayaran kembali.

Baca Juga: 5 Sekolah di Surabaya Ini Punya Kurikulum Internasional, Jadi Kumpulan Anak Orang Kaya!

Bank Mandiri, sebagai agen utama dalam sindikasi pinjaman, memegang peran kunci dalam pengelolaan pembiayaan ini.

Meskipun beban utangnya signifikan, Adaro Energy tampaknya masih mampu menjaga kestabilan arus kas dan memenuhi kewajiban pembayarannya. Total liabilitas perusahaan tercatat US$2,67 miliar.

Secara keseluruhan, perusahaan masih memiliki kewajiban yang cukup besar, namun telah menunjukkan kemampuan untuk memenuhi kewajiban pembayaran cicilan pada pinjaman berjangka.

Baca Juga: 5 Sekolah di Surabaya Ini Punya Kurikulum Internasional, Jadi Kumpulan Anak Orang Kaya!

Namun, peningkatan saldo pada pinjaman bergulir menunjukkan adanya kebutuhan likuiditas tambahan.

Rekomendasi