

inNalar.com – Jawa Barat akhirnya dapat membanggakan salah satu megaproyek termahal yang nilai investasinya mencapai Rp13,7 triliun.
Proyek termahal Jawa Barat tersebut adalah jalan tol yang kini telah melintang dengan gagahnya sepanjang 116,7 kilo km.
Bersyukur, jalan tol yang menjadi bagian rusuk Trans Jawa ini sudah tidak lagi disebut megaproyek lintas rezim usai mangkrak berpuluh tahun lamanya.
Baca Juga: Cegah Stunting, Proyek MCK Komunal di Pelosok Tapanuli Selatan Gaet Perusahaan Andal Sumatera Utara
Disebut demikian, mengingat proyek ini sempat mandek sejak masa pemerintahan Presiden RI ke-2 Soeharto.
Melintasi sederetan kepemimpinan RI, proyek ini sempat hilang tak urung dibahas.
Alasannya sederhana, pada masa kepemimpinan presiden setelahnya Indonesia masih sibuk mengangkat perekonomian Indonesia yang sempat tersandung krisis moneter pada tahun 1997.
Baca Juga: 6 Megaproyek Kebanggaan Sumatera Barat di Padang Pariaman, Salah Satunya Mangkrak?
“Pascakrisis moneter, perekonomian Indonesia mulai mengalami perbaikan,” dikutip dari Imanudin (2010:1) dalam arsip digital Universitas Indonesia.
Setidaknya hingga tahun 2009 krisis RI tampak membaik, logisnya kondisi tersebut membuat tiga periode kepresidenan setelahnya belum membahas kembali megaproyek strategis Jawa Barat ini.
Seiring perbaikan ekonomi nasional, Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono mengangkat kembal proyek jalan tol mangkrak lintas rezim ini.
Baca Juga: Gagal Jadi Gedung Tertinggi di Malang, Aset Megaproyek Jawa Timur Rp272 Miliar Keburu Disita Negara
Lintasan bebas hambatan yang menghubungkan Cikopo dan Palimanan ini kemudian dikenal singkatannya sebagai Jalan Tol Cipali.
Lintasan bebas hambatan yang mampu memangkas 40 kilometer perjalanan di antara dua daerah Jawa Barat ini digesa kembali pada tahun 2006.
Megaproyek jalan tol lintas rezim ini masuk dalam daftar proyek termahal RI berkat nilai investasinya yang menembus Rp13,7 triliun.
Baca Juga: Didepak dari Jawa Barat, Daerah di Calon Provinsi Baru Cirebon Raya Ini Siap Hidup Mandiri
Cukup mahal pada masanya, tetapi masih saja progres pembangunannya mandek di angka 85%. Oleh karena itu, pada masa pemerintahan Presiden RI Joko Widodo tol ini kembali menjadi perhatian negara.
Hingga akhirnya pada 13 Juni 2015 silam, tol yang menjadi ikon modernisasi Jawa Barat ini akhirnya beroperasi. Sudah melepas status mangkrak lintas rezim, ternyata masih ada saja permasalahan yang disorot dari proyek bernilai fantastis ini.
Meski sudah berhasil menyambung sebagai jalan tol terpanjang di Jawa Barat, megaproyek infrastruktur bebas hambatan ini masih perlu banyak pembenahan.
Sudah tidak lagi menjadi beban negara dengan status mangkraknya, angka kecelakaan yang menyebabkan kematian di ruas ini masih terbilang tinggi.
Diakui oleh Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perbuhungan Hendro Sugiatno, tingkat rerata angka kecelakaan yang menyebabkan kematian di setiap kilometernya masih di atas rata-rata.
Jika seharusnya tingkat kepadatan fatalitas berada di rentang 0,15 – 0,22 per kilo meter, jalan tol terpanjang di Jawa Barat ini masih berada di atasnya, yakni 0,30 per km.
Menyikapi kondisi tersebut, akhirnya megaproyek kebanggaan Jawa Barat ini tidak berhenti di masa pemerintahan Presiden RI Joko Widodo.
Target selesai tahun 2025, ketika presiden berganti menjadi Prabowo Subianto jalan tol ini tengah ditambahkan lagi lajurnya.
Masuk paket investasi proyek Rp1,17 triliun, pemerintah masih akan menggelontorkan Rp800 miliar di antaranya untuk pembenahan dan penyempurnaan jalan tol ini.
Perawatan infrastruktur memang akan terus berjalan, tetapi diharapkan pembenahan safety tol tersebut segera teratasi dengan baik. ***