

inNalar.com – Tidak hanya soal bisnis, Pertamina mengukuhkan komitmen energi keberlanjutan melalui manifestasi terminal LPG ramah lingkungan di Indonesia.
Terminal LPG kelas dunia paling ramah lingkungan di Indonesia ini dibangun di Cilegon, Banten.
Bukan klaim sematan belaka, pangkalan gas kelas dunia di Cilegon, Banten ini dianugerahi oleh Kemen LHK RI penghargaan PROPER Hijau 2023.
Pasalnya, pangkalan yang menjadi tulang punggung kebutuhan nasional ini didukung dengan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Berbekal Renewable Energy Certificate, perusahaan energi raksasa RI ini memenuhi 40% kebutuhan gas negara.
“Pertamina tidak hanya mengejar aspek bisnis, namun juga peduli pada lingkungan sekitar sejalan dengan visi menjadi perusahaan berkelanjutan,” ujar Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Fadjar Djoko Santoso.
Dengan pencapaian tersebut, PT Pertamina Energi Terminal (PET) sebagai pengelolanya berhasil merealisasikan bisnis ramah lingkungan di Cilegon, Banten.
Direktur PET Bayu Prostiyono mengungkapkan harapannya agar pionir pangkalan tangki LPG di darat yang satu ini menjadi pemantik bagi infrastruktur serupa lainnya agar mengikuti pencapaian Terminal Tanjung Sekong.
Secara umumnya, infrastruktur ramah lingkungan di Cilegon, Banten ini diharapkan menjadi harapan keberlanjutan bisnis energi hijau RI.
Sebagaimana diketahui, 60% pasokan Liquefied Petroleum Gas masih mengandalkan impor dari luar negeri.
Bahkan berdasarkan Handbook of Energy & Economic Statistics of Indonesia 2023, pada dasarnya kebutuhan impor LPG RI terus meningkat sejak tahun 2013.
Setidaknya kebutuhan impor tersebut terus menanjak hingga 55,35% dalam kurun waktu 10 tahun.
Mengatasi hal tersebut, Proyek EPC Terminal LPG Refrigerated Tanjung Sekong di Cilegon, Banten ini didukung dengan kapasitas dermaga yang cukup jumbo.
Hal tersebut dilakukan demi dapat melabuhkan kapal tanker super besarnya menuju tangki penyimpanan darat tersebut.
Sebagai informasi, Terminal LPG Tanjung Sekong di Cilegon, Banten ini dilengkapi dengan dua fasilitas dermaga berkapasitas bobot mati sebesar 25.000 Deadweight Ton (DWT) sebanyak 2 unit.
Selain itu ada pula satu dermaga berkapasitas tonase bobot mati 65.000 DWT dan 44.000 MT Tangki LPG Refrigerated, melansir dari Wika.
Penting untuk diketahui, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia membeberkan bahwa setiap tahunnya pembelian gas negara menyedot anggaran belanja hingga Rp450 triliun.
Menteri Bahlil mengungkap bahwa nantinya Indonesia akan membangun industri LPG lebih kuat di dalam negeri. Upaya tersebut dilakukan dengan memanfaatkan segenap potensi propane dan butana RI.
Baca Juga: IKN Diguyur Rp500 Miliar, China Mantap Bangun Hunian One Stop Living Termewah di Kalimantan Timur
Seiring dengan transformasi hijau Pertamina, diharapkan kapasitas tangki energi RI dapat terus berkembang.
Hal ini perlu terus dilakukan agar kuantitas impor LPG dapat ditekan dan menghindari adanya pembengkakan aktivitas impor.***