
inNalar.com – Inilah misteri di balik tambang batu bara Sumatera Barat (Sumbar) yang lokasinya berjarak 90 kilometer dari Kota Padang, apakah kamu sudah mengetahuinya?
Pertambangan di Indonesia sudah menggeliat sejak zaman kolonial Belanda, tidak luput Tambang Batu Bara Ombilin, Sawahlunto, Sumatera Barat ini yang ternyata punya peran spesial saat Perang Dunia II.
Saking legendarisnya, tambang batubara yang terkenal dengan ‘Orang Rantai’ nya ini resmi ditetapkan sebagai warisan dunia.
Baca Juga: LINK Live Streaming Persik vs Arema FC BRI Liga 1 Senin 16 Desember 2024, GRATIS Nonton Indosiar
Dilansir dari kemdikbud.go.id, UNESCO menetapkan situs ini sebagai warisan dunia pada tanggal 6 Juli 2019 melalui sidang penetapan di Baku, Azerbaijan.
Keberadaan tambang Ombilin mengajarkan banyak pelajaran pada manusia. Salah satunya, kita sebagai manusia memerlukan bantuan teknologi untuk mewujudkan ide dan gagasan.
Pasalnya, temuan potensi tambang batu bara Ombilin ini awalnya ditemukan Willem Hendrik De Greve pada tahun 1868.
Baca Juga: Prediksi UMK Yogyakarta 2025 Tiap Daerah, UMR Tertinggi Ada di Kota Jogja?
Seperti hal yang mustahil untuk dapat memanfaatkan pertambangan di lokasi yang sangat sulit diakses ini. Namun siapa sangka, dengan kerja kerasnya sekitar 10 tahun, Ia berhasil membangun infrastruktur tambang bawah tanah.
Pembangunnya pun tidak mudah karena kontur tanah, terutama di Kawasan Lembah Anai, sangatlah curam sehingga memerlukan konstruksi yang luar biasa.
Berbagai kisah mengenaskan menyelimuti tambang Sawahlunto yang berjarak 95 kilometer dari Kota Padang di Sumatera Barat ini.
Baca Juga: Kolektor Uang Kuno Asal Surabaya Ini Sanggup Bayar Berapapun Duit 1000 Rupiah Soekarno, Siapa Dia?
Terdapat sebutan “orang rantai” untuk para kuli kontrak, pekerja lepas, dan juga para tahanan yang dipekerjakan di lubang bawah tanah yang gelap dan penuh sesak.
Korban berjatuhan karena selalu bekerja dibawah tekanan. Tidak hanya itu, pekerja yang ingin melarikan diri dari tambang batu bara Sumatera Barat yang penuh misteri ini akan dihukum cambuk dan dipenjarakan.
Jika akan melarikan diri pun, mereka tidak tahu harus lari ke mana. Selama itu mereka terkungkung dalam dunia tambang yang begitu keras.
Baca Juga: Prediksi Singapura vs Thailand Piala AFF 2024, Pertandingan yang Menentukan Nasib Malaysia!
Orang Rantai Sawahlunto
Dilansir dari indonesia.go.id, dalam pembuatan terowongan tambang batubara di kota yang tak jauh dari wilayah Padang ini, bangsa Belanda mengerahkan kerja paksa narapidana berbagai wilayah Indonesia, seperti Jawa, medan, dan Padang.
‘Orang rantai’ merupakan penyebutan untuk para pekerja yang melakukan kegiatan penambangan dengan kondisi kaki tetap dirantai.
Tidak hanya itu, cambuk sering melesat di tubuh mereka,makanan di sana sangatlah terbatas. Tidak heran, banyak orang rantai yang meninggal saat harus melakukan kerja paksa ini.
Untuk memasok makanan bagi para pekerja, tahun 1918 dibuatlah dapur umum. Dapur umum ini yang akan bertanggung jawab pada ketersediaan makanan pekerja di Sawahlunto. Dapur umum diisi dengan banyak pekerja dan tidak sedikit yang masih anak-anak.
Berperan pada Masa perang Dunia II
Batu bara dari Ombilin sangta berperan dalam penyediaan energi masa itu. Bahkan “orang rantai” Sawahlunto saat itu bekerja untuk memenuhi kebutuhan militer perang dunia II.
Dengan sumber energi yang sangat strategis, pertambangan ini sangat prospek untuk menyediakan bahan baku energi untuk perang.
Terlepas dari berbagai cerita kejamnya pertambangan ini, tambang batu bara Ombilin memberi dampak besar bagi perkembangan sosial-ekonomi masyarakat sekitar.
Aktivitas tambang membawa perubahan dan pertumbuhan kota ini. Mulai banyak perubahan dalam struktur sosial hingga infrastruktur. Selain membawa banyak perubahan, kini tambang ini menjadi warisan dunia.
Warisan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto sebagai Warisan Dunia
Dilansir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, tambang ini memiliki 2 kriteria yang memenuhi syarat warisan dunia oleh UNESCO. Warisan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto (WTOBS) dinilai menjadi Nilai Universal Luar Biasa
Pertama, memenuhi kriteria ii karena WTBOS menunjukkan pertukaran penting dalam nilai-nilai kemanusiaan atau lingkup kawasan budaya yang mencakup pada perkembangan teknologi, senin, arsitektur, perencanaan kota dan desain lanskap.
Eksploitasi batu bara di masa akhir abad ke-19 sampai dengan masa awal abad ke-20 di dunia ini menunjukkan adanya pertukaran informasi dan teknologi lokal Indonesia dengan teknologi Eropa.
Sedangkan kriteria iv menunjukkan bahwa WTBOS memberikan gambaran tahapan penting dalam sejarah manusia karena memberi contoh luar biasa dari tipe bangunan, karya arsitektur dan kombinasi teknologi atau lanskap.
Mengunjungi Tambang Batu Bara Ombilin di Sawahlunto ini membuat kita mengingat dan menelusuri kembali jejak sejarah perindustrian di Indonesia yang semakin berkembang sepanjang masanya.***