7 Fakta Aneh dan Unik Tentang Negara Belanda yang Jarang Diketahui

Di peta dunia, Belanda hanyalah titik kecil di tepi laut utara Eropa. Sebuah negeri mungil yang menyimpan harmoni, tempat di mana ladang tulip menari di atas warna yang mempesona, tempat di mana kincir angin berputar abadi melawan hembusan waktu.

Namun, Belanda bukanlah dongeng yang sempurna. Ia adalah kisah tentang keteraturan dan kebebasan tentang bahagia dengan cara paling sederhana dan tentang bagaimana bangsa itu bisa mengajarkan sesuatu yang besar pada dunia.

Inilah 7 fakta aneh dan unik negara Belanda yang jarang diketahui, Rabu (1/10/2025).

7 Fakta Unik dan Mengejutkan Negara Belanda

Fakta unik negara Belanda

1. Hidup di Bawah Laut & Negara Terpadat di Eropa

Belanda, negara terpadat di eropa

Belanda merupakan sebuah negara kecil di benua Eropa, tapi anehnya sepertiga wilayahnya justru berada di bawah permukaan laut. Belanda atau dalam bahasa aslinya, Netherland berarti tanah rendah

Tempat di mana daratan bukanlah anugerah melainkan hasil perjuangan panjang melawan air. Bagaimana mungkin sebuah bangsa bisa hidup di bawah laut tanpa tenggelam, jawabannya ada pada kecerdikan Belanda mengendalikan air.

Sejak abad pertengahan, wilayah Belanda yang sebagian besar hanyalah rawa-rawa berkali-kali dikepung Banjar besar yang meluluhlantakkan desa-desa. Tapi dari ancaman itulah lahir karya luar biasa, di antaranya teknologi dijken, tanggul raksasa yang menahan derasnya air dan polder, tanah reklamasi dari laut.

Proyek-proyek besar seperti Zuiderzee works dan Delta works kemudian lahir. Delta works sendiri bahkan dijuluki keajaiban ke-8 di dunia. Tanpa sistem itu kota-kota besar seperti Amsterdam, Rotterdam hingga Den Haag bisa lenyap dalam hitungan hari.

Contoh paling mencolok adalah bandara internasional Schiphol, tempat yang dulunya adalah danau besar lalu dikeringkan. Kini di ketinggian minus 3 m dari laut, berdiri salah satu bandara tersibuk Eropa.

Tapi perjuangan Belanda tak berhenti di soal air, dengan luas hanya sekitar 41.000 km persegi nyaris sebanding dengan Jawa Barat, mereka harus menampung lebih dari 17 juta jiwa. Kepadatannya termasuk yang tertinggi di Eropa.

Ajaibnya, negeri sekecil itu justru tampil rapi, ruang hijau tetap terjaga kanal-kanal berkelok indah dan tata kota yang nyaman untuk warganya. Rahasia Belanda sederhana, mereka menjadikan keterbatasan sebagai identitas.

Laut yang dulu musuh, kini jadi mitra. Kepadatan yang bisa jadi beban, mereka ubah jadi energi kolektif untuk maju. Belanda sebuah negeri di bawah permukaan laut tapi cita-citanya menjulang setinggi tanggul baja yang mereka bangun.

2. Festival Jalanan Terbesar di Dunia

Koningsdag, sebuah festival di Belanda setiap 27 April.

Setiap tanggal 27 April, Belanda berubah menjadi lautan orange, jalanan-kanal bahkan udara terasa penuh warna yang sama. Festival ini disebut Koningsdag atau Kings Day, pesta jalanan terbesar di dunia yang dirayakan oleh seluruh negeri.

Tradisi ini dimulai pada tahun 1.885 sebagai Hari Putri atau warga lokal menyebutnya princessedag, sebuah perayaan untuk merayakan ulang tahun putri Willhelmina, setelah ia naik tahta nama itu berubah menjadi koningsdag atau queensday.

Sejak raja Willem Alexander berkuasa perayaan ini resmi disebut Koningsdag. Lebih dari sekedar ulang tahun seorang raja, festival ini jadi simbol kebanggaan nasional dan rasa persatuan sebuah bangsa kecil yang selalu menjaga identitasnya.

Pada hari itu, seluruh negeri seakan berhenti bekerja, ada Vrijmarkt; sebuah pasar bebas di mana siapapun boleh menjual barang apa saja di jalanan.

Selain itu, ada parade kapal di kanal, konser musik terbuka dan pesta yang merambah sampai ke pelosok kota kecil. Warna orange merujuk pada Huis van Oranje, keluarga Kerajaan Belanda. Dari rambut palsu, topi konyol sampai kue berlapis krim orange semuanya jadi bagian dari pesta ini.

Sebuah perayaan sederhana tapi sekaligus elegan, di mana warna musik dan tawar menjadi bahasa persatuan. Dan ini mengingatkan kita bahwa nasionalisme kadang tidak butuh pidato panjang, cukup satu warna yang dikenakan jutaan orang dengan bangga.

3. Tak Lagi Pakai Holland

Belanda tak lagi pakai Holland untuk rebranding global.

Selama berabad-abad dunia terbiasa menyebut negeri ini dengan nama Holland, padahal sebutan itu sebenarnya hanya merujuk pada dua provinsi, yakni North Holland dan Zuid Holland. Sama seperti menyebut seluruh Indonesia hanya dengan nama Jawa, mudah diingat tapi jelas tidak tepat

Inilah kesalahpahaman global yang akhirnya ingin diluruskan. Nama Holland berasal dari kata kuno Holt-Land yang berarti tanah berhutan.

Pada abad pertengahan, kedua provinsi ini memang pusat ekonomi dan politik sehingga lebih dikenal dunia dibanding provinsi lainnya. Dari situlah lahir kebiasaan internasional menyamakan Holland dengan keseluruhan negara

Namun kenyataannya Belanda memiliki 12 provinsi dari Frieslan di utara hingga Limburg di selatan. Menyamakan semuanya dengan Holland berarti menghapus keragaman sejarah dan budaya daerah lain.

Kesalahpahaman itu akhirnya diakhiri pada tahun 2020, ketika pemerintah resmi meluncurkan rebranding global bukan lagi Holland tapi The Netherland.

Mereka juga memperkenalkan logo baru sebagai identitas internasional yang lebih inklusif. Langkah ini bukan sekedar perubahan nama melainkan strategi besar dalam diplomasi, pariwisata, hingga bisnis internasional.

Belanda ingin dikenal sebagai negara modern yang kaya inovasi, bukan hanya sebagai kampung kincir angin dan bunga tulip.

Di balik wajah liberal dan modern, Belanda tetap mempertahankan bentuk monarki konstitusional, artinya mereka masih memiliki raja tapi dengan kekuasaan yang dibatasi konstitusi.

Saat ini gelar itu dipegang raja Willem Alexander sejak tahun 2013 penerus dari garis panjang Huis van oranje. Menariknya dalam dunia yang semakin Republik, Belanda memilih mempertahankan simbol tradisi ini sebagai jangkar identitas di tengah arus globalisasi.

Dengan meninggalkan Holland dan kembali ke the Netherlands, bangsa ini seakan berkata kami lebih dari sekedar satu provinsi. Kami adalah satu kesatuan modern tapi tetap berakar pada tradisi.

Sebuah pilihan sederhana tapi bermakna besar bagi cara dunia memandang mereka.

4. Kincir Angin yang Ikonik

Kincir angin di Belanda

Bayangkan sebuah hamparan dataran hijau, angin bertiup lembut dari utara dan di kejauhan berdiri tegak kincir-kincir angin dengan baling-balingnya berputar perlahan.

Inilah pemandangan khas Belanda, begitu ikonik sampai dunia langsung tahu dari siluetnya saja. Orang Belanda menyebutnya molen, bukan sekedar mesin melainkan simbol kebanggaan dan ketekunan mereka.

Kisah kincir angin di Belanda bermula sejak abad pertengahan, pada masa itu negeri ini adalah tanah rendah yang selalu berhadapan dengan banjir dan rawa. Kincir diciptakan bukan untuk hiasan tapi sebagai alat vital seperti mengeringkan lahan, memompa air, menggiling gandum, bahkan memproduksi minyak dan kayu.

Sejarah mencatat lebih dari 10.000 kincir pernah berdiri di seluruh negeri, menjadikan Belanda sebagai negara mesin angin pertama di dunia. Hari ini, jumlahnya tinggal sekitar 1000, tapi masing-masing dijaga seperti permata.

Kinerdik dekat Rotterdam misalnya, deretan 19 kincir angin yang masuk warisan dunia UNESCO. Saat matahari senja jatuh di balik horizon, bayangan kincir di permukaan air kanal menciptakan panorama yang nyaris magis.

Tak heran kinetik jadi destinasi wajib para wisatawan, tempat di mana sejarah teknologi dan keindahan menyatu dalam harmoni.

5. Lebih Banyak Sepeda Ketimbang Penduduknya

Lebih Banyak Sepeda Ketimbang Penduduk Belanda.

Bayangkan sebuah negeri di mana jumlah sepeda lebih banyak dari manusianya. Belanda punya 17 juta penduduk tapi sepedanya lebih dari 22 juta unit. Hal itu artinya rata-rata setiap orang punya lebih dari satu sepeda, seolah negeri ini bukan hanya negara kincir angin tapi juga kerajaan roda dua.

Di Belanda bersepeda bukan sekedar gaya hidup, melainkan kebutuhan anak-anak berangkat sekolah dengan pedal, pekerja kantoran melaju di antara kanal bahkan nenek-nenek pun berbelanja sayur dengan setia pada sepedanya.

Mereka menyebutnya fit culture, budaya bersepeda. Dan budaya ini bukan main-main, jalur khusus dibangun rapi, aman dan terhubung di seluruh penjuru kota.

Tak heran, dunia menjuluki Belanda sebagai negeri paling ramah sepeda. Di sini roda dua lebih berkuasa daripada mesin dan suara bel sepeda lebih akrab daripada klakson mobil.

Bahkan fasilitasnya bikin melongo. di bawah Ultrech Central Station, sebuah stasiun tersibuk di Belanda berdiri parkiran sepeda terbesar di dunia.

Bukan seribu bukan lima ribu, tapi lebih dari 12.000 sepeda bisa ditampung di sini. Saat kamu masuk ke dalamnya, rasanya seperti berjalan di antara hutan besi dan ban karet tanpa ujung. Tiga lantai penuh sepeda dengan sistem digital yang memberitahu di mana slot kosong mirip parkiran mobil modern.

Bayangkan jika seluruh sepeda itu dijajarkan lurus, panjangnya bisa menyaingi jalan tol lebih dari 18 km.

Itulah bukti betapa seriusnya Belanda membangun peradaban dengan pedal sebagai fondasi transportasi publik.

Sepeda menjadi simbol sederhana tapi kuat. Hidup sehat, ramah lingkungan, murah dan praktis.

6. Venesia dari Utara

Belanda dijuluki Venesia dari Utara.

Amsterdam sering dijuluki Venesia dari Utara, lebih dari 100 km kanal dan sekitar 1.000 jembatan menjadikan kota ini seperti labirin air penuh pesona.

Sistem kanal Amsterdam dibangun sejak abad ke-17, masa yang dikenal sebagai dutch golden age. Awalnya dirancang untuk pertahanan, transportasi dan pengendalian banjir, kini kanal-kanal itu menjadi nadi kota mengalirkan jutaan wisatawan setiap tahun dan menjadikan Amsterdam salah satu destinasi paling ikonik di dunia.

UNESCO pun menobatkannya sebagai warisan dunia, bukti bahwa kanal di sini bukan sekedar infrastruktur melainkan mahakarya peradaban.

Di sepanjang kanal berdiri bangunan bersejarah, dari Ann Frank house yang penuh kenangan hingga Rex museum yang menyimpan karya-karya Rembram.

Namun daya tarik sejati Amsterdam bukan hanya pada gedung-gedung itu, melainkan pada suasananya.

Amsterdam mengajarkan kita satu hal sederhana, bahwa keindahan tidak selalu hadir dalam kemegahan tetapi dalam detail kecil, jembatan tua, kanal yang berkilau dan secangkir kopi sederhana yang membuatmu merasa pulang bahkan di negeri asing.

7. Rumah Sempit Warisan Arsitektur Belanda Akibat Pajak

Rumah sempit di Belanda.

Amsterdam punya ciri khas yang langsung bisa dikenali, deretan rumah tinggi sempit dan kurus berdiri rapat di tepi kanal.

Tapi bentuk ini bukan kebetulan, melainkan akibat aturan pajak aneh di abad ke-17. Aturannya sederhana semakin lebar rumah semakin tinggi pajaknya.

Hasilnya warga Belanda membangun rumah setipis mungkin di depan tapi memanjang jauh ke belakang. Sebuah solusi praktis yang akhirnya melahirkan gaya arsitektur unik dan kini menjadi identitas kota.

Contohnya luar biasa, rumah di Hawksraat 22, hanya selebar 2 meter dan yang paling ekstrem single 7, lebarnya cuma sekitar 1 meter di bagian depan sering disebut sebagai rumah tersempit di dunia.

Meski tampak mustahil ditempati, rumah-rumah itu tetap fungsional karena ruangan di dalamnya memanjang ke belakang. Ada lagi detail kecil yang bikin takjub, banyak bangunan dibuat sedikit miring ke depan. Bukan salah desain tapi sengaja untuk memudahkan mengangkat barang dengan katrol yang dipasang di atap.

Cara sederhana namun jenius, hasil dari keseharian yang penuh akal. Rumah-rumah sempit di Amsterdam bukan sekedar tempat tinggal, mereka adalah saksi sejarah kreativitas yang lahir dari keterbatasan.

Dari bangunan kecil lahirlah warisan arsitektur yang kini jadi ikon dunia sederhana unik dan membanggakan

Itulah tujuh fakta aneh dan unik tentang negara Belanda yang jarang diketahui.

Rekomendasi