69,75% Pemuda Indonesia Masih Jomblo, Kaum Milenial dan Gen Z di Kota Ini Jadi Penyumbang Utama

inNalar.com – Data Survei Ekonomi Nasional (Susenas) 2024 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkap bahwa 69,75% pemuda di Indonesia masih belum kunjung menikah alias jomblo.

Berdasarkan kategori usia, ternyata penyumbang utama kaum bujang di Indonesia berasal dari kalangan Milenial dan Gen Z, terbanyak berada di satu kota ini. Di mana kah itu?

Bisa dikatakan, salah satu provinsi penyumbang utama kalangan pemuda single ngumpulnya di DKI Jakarta. Mengapa demikian?

Baca Juga: Gokil! SMA di Semarang Ini Jadi Sekolah Tertua di Indonesia dan Terluas se-Asia Tenggara

Persentase laki-laki yang belum menikah di kota ini tertinggi kedua di negara kita, yakni mencapai 88,29%. Adapun di urutan teratas dipimpin Provinsi Papua.

Sementara pemida perempuan yang ditengarai masih single alias jomblo di Jakarta pun juga terbilang tinggi, yakni mencapai 74,69%.

apakah kamu tahu mengapa realita ini begitu penting untuk disadari oleh kita? Bahkan, Pemerintah RI pun patut mewaspadai hasil survei ini.

Baca Juga: Chapter 4 Do You Like Swimming, Kunci Jawaban Bahasa Inggris Kelas 3 SD Kurikulum Merdeka: Hlm. 53-56

Sebagaimana kita ketahui, Pemerintah RI tengah berfokus pada peningkatan kualitas SDM demi potensi bonus demografi yang diprediksi akan terjadi di tahun 2045.

Hasil survei Susenas 2024 ini perlu menjadi perhatian besar bagi siapa pun, termasuk kamu si kaum Milenial dan Gen Z, salah satunya yang berada di wilayah DKI Jakarta. Mengapa?

Pasalnya, tren menikah sejak tahun 2015 – 2024 cenderung mengalami penurunan, sedangkan pemuda single alias masih jomblo belum menikah mengalami tren peningkatan dalam kurun waktu tersebut.

Baca Juga: Chapter 3 I Have Fried Chicken for Breakfast, Kunci Jawaban Bahasa Inggris Kelas 3 SD Kurikulum Merdeka: Hlm. 26-39

Tren yang bertolak belakang ini sebenarnya menjadi kabar baik sekaligus kabar buruk bagi Indonesia.

Kabar baiknya, banyaknya pemuda yang memilih menunda pernikahan karena cenderung fokus pada pendidikan dan karir memang dapat membantu meningkatkan kualitas SDM. Lantas, bagaimana dengan kabar buruknya?

Namun fenomena malas menikah ini bisa menjadi petaka buruk bagi potensi bonus demografi di tahun 2045.

Alasannya adalah Indonesia bisa saja mengalami hal krisis populasi usia produktif sebagaimana yang tengah dialami Jepang dan Korea Selatan, setidaknya setelah tahun 2045 nanti.

Hal ini dikarenakan angka kelahiran diproyeksi kian menurun dan capaian Indonesia Emas 2045 terancam meleset dari harapan.

Baca Juga: Berdiri Sejak Sebelum Kemerdekaan, Inilah 7 Sekolah Tertua di Indonesia

Perlu ada kebijakan khusus dan pengelolaan kualitas SDM yang diseimbangkan dengan penciptaan lapangan kerja di masyarakat.

Hal ini dilakukan demi mengantisipasi potensi krisis populasi yang tetap membayangi cita-cita bonus demografi pada Indonesia Emas 2045.***