6 Kebiasaan Unik Suku Himba di Afrika Selatan, No 2 Pasti Kamu Terkejut dan No 5 Siap Geleng Kepala

inNalar.com – Suku Himba, atau yang akrab dikenal sebagai suku merah, berasal dari wilayah utara Namibia, tepatnya di kawasan Kuneneh, Angola, Afrika Selatan. 

Suku ini merupakan sekelompok manusia yang masih menjunjung tinggi tradisi nenek moyang mereka yang memiliki kebiasaan yang sangat unik. 

Merangkum dari berbagai sumber, populasi suku asli Afrika Selatan hanya sekitar 50.000 jiwa. Mereka menggabungkan cara hidup tradisional dengan lingkungan hidup yang keras, yaitu daerah gurun yang gersang. Itulah mengapa masyarakatnya memiliki kebiasaan unik yang bahkan aneh bagi kita.

Baca Juga: Salah Satu Daerah di Jawa Tengah Ada yang Berjuluk Kota Cheater, Jangan-Jangan Kotamu?

Sejarah Suku Himba dari Afrika Selatan
Berdasarkan sejarahnya, Keberadaannya baru diketahui awal abad ke-16, ketika mereka menyeberang perbatasan Angola menuju Kunene. Saat itu, mereka masih bergabung dengan suku Herero. 

Kemudian, pada akhir abad ke-19, ketika Namibia dilanda wabah yang menyerang ternak sapi, sebagian besar ternak suku Herero mati dan terjadi krisis pangan. 

Suku dari Afrika Selatan ini pun pindah ke selatan dan menjelajahi berbagai daerah untuk bertahan hidup, dan beberapa memilih untuk tetap tinggal hingga menjadi cikal bakal suku Himba. 

Baca Juga: 150.000 Tomat Ludes! Begini Uniknya Festival Perang La Tomatina di Spanyol

Salah satu karakter suku Himba, mereka berkepribadian sangat ramah dan sopan, baik terhadap sesama maupun orang asing. 

1. Tinggal di Rumah Berbentuk Kerucut
Suku yang berasal dari Afrika Selatan ini memiliki kebiasaan unik dalam membangun tempat tinggal mereka. Rumah-rumahnya berbentuk kerucut dan memiliki ciri khas tampilan tersendiri. 

Struktur ini tidak hanya menarik secara visual, tetapi juga dirancang untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka di lingkungan yang keras. 

Baca Juga: Di Balik Salah Kaprah Tradisi Unik dan Nyentrik Saling Peluk Cium di Bali

Material utama yang digunakan, yaitu olahan tanah liat sebagai dinding, pohon mopane sebagai kekuatan struktural, dan kotoran ternak sebagai pelapis tambahan, beradaptasi dengan cuaca. 

Selain itu, di tengah permukiman, suku Himba membangun kral, sebuah area terbuka yang berfungsi sebagai tempat berkumpul, simbol kebersamaan dan keamanan.

Menariknya, rumah-rumah suku Himba juga dilengkapi dengan garis suci yang mengarah dari gubuk kepala suku ke gerbang kral. 

Baca Juga: Sering Jadi Bahan Gosip, Begini Uniknya Tradisi Sunda di 3 Daerah Jawa Barat Ini

Garis ini bukan hanya sekadar pemisah fisik, tetapi juga memiliki makna spiritual. Garis suci dianggap sebagai penghubung antara dunia manusia dan dunia spiritual, menjaga hubungan dengan leluhur dan dewa.

2. Rajin Skincare-an Tapi Jarang Mandi
Suku asli Afrika Selatan ini memiliki kebiasaan unik dalam menjaga kebersihan tubuh tanpa air, disebabkan oleh kondisi gurun yang kering dan minim air. 

Sebagai gantinya, mereka menggunakan ocize, pasta yang dibuat dari lemak mentega dan pigmen oker merah. Ocize ini tidak hanya melindungi kulit dari matahari tetapi juga menjaga kelembapan tubuh. 

Baca Juga: Ini Dia 5 Kota Terpadat di Dunia, Daerah di Indonesia Masuk Daftar?

Selain dioleskan pada kulit, ocize diaplikasikan pada rambut yang dikepang, dua kepangan bagi wanita belum menikah, dan lebih banyak bagi yang sudah menikah.

Wanita Himba juga melakukan mandi asap sebagai pengganti mandi air. Yaitu membakar arang dan tumbuhan herbal di dalam mangkuk, lalu membungkuk di atas asap hingga berkeringat. 

Keringat ini berfungsi sebagai “pembersih” alami bagi tubuh mereka, sementara selimut kadang digunakan untuk menahan asap di sekitar tubuh.

Selain itu, untuk mempercantik diri, merekamemakai mahkota Rnb dari kulit sapi atau kambing sebagai simbol kedewasaan, saat mereka mencapai usia pubertas.

3. Mayoritas Sebagai Petani dan Peternak
Mayoritas masyarakat Himba hidup sebagai petani dan peternak, dengan ternak kambing, sapi, dan domba sebagai aset dan simbol kekayaan. 

Selain beternak, suku Himba juga bercocok tanam, menanam jagung dan milet, atau sejenis tanaman tahan hujan lainnya yang cocok di lahan kering. 

Pertanian tadah hujan ini membantu memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari dan menjadi pelengkap dari hasil peternakan mereka.

Adapun makanan utama mereka yaitu bubur, Suku Himba menyantapnya setiap hari. Baik itu pagi maupun sore, dengan cara mereka memanaskan air hingga mendidih.

4. Laki-Laki dan Perempuan di Suku Himba
Mengutip dari Channel YouTube Kesatria Berkacu, di suku Himba, perempuan dan anak perempuan umumnya memikul tugas lebih berat dibanding laki-laki. 

Mereka bertanggung jawab membawa air, memplester rumah dengan campuran tanah merah dengan kotoran sapi, mengumpulkan kayu bakar dan merawat tanaman.

Selain itu, mereka juga bertugas memasak, membuat pakaian-perhiasan, serta bertugas memerah susu ternak. Sementara itu, laki-laki berfokus pada mengurus ternak dan sering pergi jauh untuk berburu atau menggembala.

Menurut Channel YouTube Intisari Online, gaya rambut suku Himba juga menunjukkan status. Wanita yang belum menikah mengepang rambut menjadi dua bagian dan yang telah menikah menambah jumlah kepangan. 

Sedangkan untuk Pria, jika belum menikah menata rambut seperti tanduk, sedangkan ketika sudah menikah mengenakan penutup kepala.

Adapun hal kedewasaan, seorang anak laki-laki baru dianggap dewasa setelah disunat. Sementara itu, seorang perempuan baru dianggap dewasa setelah melahirkan anak.   

5. Gemar Berpoligami dan Menawarkan Istri ke Tamu
Pria suku Himba umumnya berpoligami, di mana jumlah istri biasanya mencerminkan kekayaan, semakin banyak ternak yang dimiliki, semakin banyak istri yang dapat dimiliki. 

Selain itu, pernikahan dini juga lazim, di mana gadis-gadis Himba, bahkan sejak usia 10 tahun, biasanya menikah dengan pria pilihan orang tua mereka.

Namun yang paling tidak biasa yaitu tradisi bernama “Oku Jepisa Omucazen” yaitu menunjukkan keramahan kepada tamu dengan menawarkan istri mereka sebagai bentuk penghormatan. 

Dalam tradisi ini, istri pemilik rumah akan menemani tamu untuk bermalam, sementara sang suami tidur di kamar lain atau bahkan di luar rumah jika tidak ada ruang lain di dalam.

6. Kepercayaan Suku Himba, Berdoa Menggunakan Api

Dilansir dari Channel YouTube Hawin Kanjim, suku Himba menganut animisme monoteistik yang menyembah dewa bernama Mukuro. 

Mereka berkomunikasi dengan Dewa menggunakan api suci atau okuruo. Asap yang naik ke langit dianggap sebagai perantara dengan leluhur yang kemudian akan berinteraksi langsung dengan Mukuro. 

Di setiap desa terdapat api suci yang menyala, dan di sampingnya diletakkan batang-batang kayu di atas batu suci yang dibakar jika diperlukan. 

Garis suci ini membentang mulai dari pintu masuk utama pondok kepala suku hingga ke pintu masuk kandang ternak.

Itulah kebiasaan-kebiasaan unik Suku Himba, tertarik berkunjung atau pindah kesana? *** (Gita Yulia) 

 

Rekomendasi