5 Fakta Menarik Sekolah Dokter Pribumi Pertama di Indonesia, Nyaris 10 Tahun Lulusannya Hanya Jadi Mantri Cacar?

inNalar.com – Yuk dalami 5 fakta menarik sekolah dokter pribumi pertama di Indonesia yang sejarahnya terabadikan dalam replika antik Museum Kebangkitan Nasional di Jakarta Pusat.

Sebagau gambaran awal, universitas kedokteran ini kemudian dikenal masyarakat pada zamannya dengan sebutan Sekolah Dokter Djawa atau School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA).

Perguruan tinggi kedokteran yang dikhususkan untuk mahasiswa yang berasal dari kalangan pribumi ini dibangun pada tahun 1898.

Baca Juga: Berubah Jadi SPMB 2025, Ini 4 Skema Baru Pengganti PPDB dari Kemendikdasmen

Kemudian kompleks universitas berasrama ini akhirnya mulai resmi digunakan 4 tahun setelahnya, tepatnya pada 1902.

Usut punya usut, ternyata STOVIA menjadi salah satu cikal bakal munculnya Fakultas Kedokteran di sejumlah kampus bergengsi Indonesia.

Mau menelaah lebih dalam lagi? Yuk kita simak 5 fakta menarik STOVIA, sekolah dokter pribumi pertama di Indonesia yang miliki segudang informasi kesejarahan menarik.

Baca Juga: Cetak Pemain Andal! Ini Dia 15 Daftar Sekolah Sepak Bola Terbaik di Jawa Tengah

1. School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA)

Bisa jadi sebagian dari Anda penasaran apa arti dari singkatan STOVIA ini? Ya, School tot Opleiding van Indische Artsen dalam bahasa Indonesia berarti Sekolah untuk Pendidikan Dokter Hindia.

Sekolahan ini bentuknya asrama. Jadi, mahasiswa yang berasal dari kalangan rakyat Jawa ini diwajibkan tinggal di kompleks sekolahan selama menempuh studi kedokteran.

Baca Juga: 38 Juta Penduduk Jawa Tengah Terancam Petaka Besar di Tahun 2025, Kepala BMKG Sampai Turun Gunung

Awal mula dibangunnya gedung sekolah dokter pribumi pertama di Indonesia ini adalah ketika negeri kita dahulu dilanda penyakit yang mewabah, salah satunya adalah penyakit cacar.

Nah, ada informasi unik terkait penyakit cacar ini. Yuk simak fakta menarik STOVIA di poin selanjutnya!

2. Lulusan Dokter STOVIA hanya boleh jadi Mantri Cacar?

Melansir dari laman resmi FK UI, rupanya Dokter Djawa yang berhasil lulus dari STOVIA sempat hanya diizinkan untuk mengurus pasien berpenyakit cacar saja selama hampir 10 tahun.

Namun ketika lama studi yang tadinya hanya sekitar 2 tahun dan mulai diperpanjang menjadi 3 tahun mulailah ada gerak pembaharuan bagi para lulusan bertitel dokter.

Akhirnya alumni sekolah dokter pribumi pertama di Indonesia diberi kewenangan untuk menangani penyakit lainnya, meski tetap berada di bawah pengawasan dokter Belanda.

Baca Juga: Skema MBG saat Puasa Ramadan 2025 hingga Pro Kontra Program Makan Siang Gratis

Bicara terkait lama pendidikan dokter, ternyata ini lho perkembangan periode studi dari masa ke masa. Yuk simak lagi di poin fakta menarik selanjutnya!

3. Periode Studi Kedokteran Bisa Capai 10 Tahun

Awal mulanya, mahasiswa yang kuliah di sekolah dokter Jawa ini hanya dibebankan belajar selama 2 tahun, tepatnya di tahun 1953.

Baca Juga: Jurnal Membaca, Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 5 SD Bab 5 Hlm. 117 Kurikulum Merdeka: 3 Fakta Menarik dari Sumber Bacaan

Namun pada tahun 1864, Pemerintah Hindia Belanda menetapkan lama studi diperpanjang selama 3 tahun.

Adapun lulusannya diperbolehkan menangani berbagai macam penyakit meski masih berada di bawah sorotan dokter Belanda.

Menariknya, periode studi kembali diperpanjang menjadi 7 tahun, karena para calon dokter perlu belajar bahasa Belanda terlebih dahulu. Penetapan ini mulai berlaku pada tahun 1875.

Baca Juga: 30 Ucapan Selamat Isra Miraj 2025, Mengandung Pesan Doa, Inspiratif, dan Bermakna Persaudaraan

Hingga ada satu titik aturannya dikembangkan lagi dengan mengawali 2 tahun perkuliahan yang diperuntukkan untuk pengenalan bidang studi.

Lalu dilanjut masa pendidikan kedokteran yang memakan waktu hingga 7 tahun. Pada tahun 1913, ada satu fase ketika masa perkenalan ditambah menjadi 3 tahun,

Dengan demikian, studi terlama pendidikan dokter dalam sejarah Indonesia pernah ada fasenya mahasiswa kedokteran harus belajar selama 10 tahun untuk mendapatkan titel dokter tersebut.

4. Beasiswa Kuliah Kedokteran Bagi Pribumi

STOVIA adalah sekolah dokter yang memang dibangun Pemerintah Hindia Belanda untuk calon mahasiswa dari kalangan rakyat pribumi.

Uniknya, biaya kuliah di sekolah dokter Jawa ini full gratis didukung oleh pembiayaan beasiswa.

Baca Juga: Menjawab Surel Devi, Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 5 SD Hlm. 115-116 Kurikulum Merdeka

Tahukah berapa biaya yang ditanggung selama menempuh studi di Stovia? Setiap mahasiswa akan mendapatkan 15 gulden setiap bulannya.

Sebagai bagian dari kewajiban menyelesaikan tanggung jawab beasiswa mereka, para mahasiswa diharuskan menjalani ikatan dinas.

Jika mereka tidak mengikuti timeline yang telah ditentukan, maka akan didenda sebesar 5.800 gulden.

Baca Juga: Kode Rahasia, Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 5 SD Kurikulum Merdeka Bab 5 Hlm. 113-114

5. Cikal Bakal FK UI dan Unair

Bicara soal bidang kedokteran, biasanya Unair dan UI menjadi salah satu universitas pilihan pertama para calon mahasiswa.

Tahukah bahwa ternyata lahirnya fakultas ini tidak lepas dari kesejarahan STOVIA di Jakarta.

Baca Juga: Peringkat Literasi Indonesia Urutan Ke-2 Terbawah di Dunia, Hanya 0,001% yang Punya Minat Baca

Bermula di tahun 1913, ketika STOVIA pendidikannya terbuka untuk umum alias siapa saja bisa daftar kuliah di sana.

Pada saat itu pula berdiri sekolah kedokteran pula bernama Nederlands Indische Artsen School (NIAS) di Surabaya.

Melansir dari laman resmi Unair, NIAS inilah yang kemudian berkembang hingga sekarang dan kini menjadi FK Unair Surabaya.

Sementara STOVIA pun menjadi cikal bakal Fakultas Kedokeran kampus Salemba UI di Jakarta.***