22 Km dari Jombang, Desa Terpencil di Jawa Timur Ini Warganya Keturunan Majapahit Hingga Tak Berbahasa Jawa?

InNalar.com – Secara umum, keseharian warga Jawa Timur harusnya berbicara menggunakan Bahasa Jawa.

Namun berbeda dengan satu desa terpencil di daerah kabupaten Jombang ini.

Sebab, disebutkan jika warga di sini adalah keturunan dari Majapahit, dan mereka justru berbicara menggunakan bahasa Madura.

Baca Juga: Tingginya 2329 Mdpl, Suku Tengger di Bromo Jawa Timur Ini Gunakan Bahasa Kuno, Keturunan Majapahit?

Jadi jangan terkejut saat berkunjung ke desa Manduro kecamatan Kabuh, yang berada 22 Km dari pusat kota Jombang.

Bahkan gapura di desa terpencil ini juga didesain seperti pada jaman Majapahit dahulu.

Berdasarkan sejarahnya, diketahui terdapat 2 pasang orang dari keturunan Majapahit yaitu Arya Wiraraja yang melarikan diri ke hutan Jombang.

Baca Juga: Ngeri, Makam Jatiwayang di Tulungagung, Jawa Timur Ini Terdengar Suara Lirih Gamelan Saat Tengah Malam Tiba

Berawal dari itulah sehingga mereka mulai memiliki banyak keturunan, hingga menjadi desa Manduro.

Arya Wiraraja sendiri sebenarnya bukanlah seorang raja terkenal, melainkan dirinya adalah seorang Adipati.

Akan tetapi, dirinya juga menjadi tokoh yang membuat kerajaan Singasari bisa jatuh, sehingga menciptakan kerajaan Majapahit.

Baca Juga: Intip Keindahan Desa Wisata Tirta Agung di Bondowoso Jawa Timur: Ada Cafe Apung hingga Tempat Camping!

Mungkin terdapat beberapa daerah di Jawa Timur yang interaksinya menggunakan bahasa Madura.

Hal tersebut pun berlaku pula dengan desa Manduro, namun mereka akan bercakap menggunakan bahasa Madura Lama.

Melansir dari kanal YouTube PESONA BUDAYA JAWA, meskipun begitu, mereka juga bisa bercakap menggunakan bahasa Jawa, Madura, dan bahasa Indonesia.

Kebanyakan warga di sini bekerja sebagai petani, karena desa terpencil tersebut juga letaknya berdampingan dengan hutan.

Jadi tidak heran jika Manduro ini yang berada di Jombang ini juga disebut dengan desa terpencil.

Meski dikatakan masih menjadi keturunan Majapahit, namun mereka tentu masih melakukan interaksi dengan masyarakat lainnya.

Karena itulah warga di kampung ini juga dapat berbahasa lain selain bahasa Madura.***

 

Rekomendasi