13,5 KM dari Sleman, Kampung Unik di Yogyakarta Ini Pantang Tidur di Atas Kasur: Jika Melanggar…

inNalar.com – Kaum rebahan jika ditempatkan di kampung unik Yogyakarta ini auto misuh – misuh, gak, ya? Pasalnya, di sana melarang warganya tidur di atas kasur.

Larangan ini menjadi sorotan dan menarik perhatian masyarakat, terkhusus di luar Yogyakarta, tentang apakah benar pantangan itu ada atau hanya sekedar becandaan belaka?

Padahal, jika dilihat dari nama kampungnya, mungkin sebagian orang justru akan mengira sebaliknya, yakni perintah atau mungkin masyarakatnya yang hobby tiduran di kasur.

Baca Juga: Ciri Ciri Uang Kuno 1000 Gulden yang Dijual di Pelelangan dengan Harga Ratusan Juta Rupiah

Penasaran dengan namanya? Kampung unik tersebut yaitu Dusun Kasuran, yang berada di Desa Margomulyo, Kec. Seyegan, sekitar 13,5 kilometer dari pusat daerah di Kabupaten Sleman.

Lantas, pertanyaannya, apa alasan di balik larangan ini? Bagaimana jika di malam hari dan benar-benar butuh istrihat yang nyaman? Dan apa hukumannya jika melanggar? 

Penasaran dengan jawabannya? Untuk menemukan informasi tentang kampung unik tersebut dan larangannya, mari telusuri lebih lanjut dalam artikel ini.

Baca Juga: Melalui 1 Juta AgenBRILink, BRI Siap Kerahkan Layanan Nasabah Selama Nataru 2025

Melansir dari margomulyosid.Slemankab.go.id, pada Rabu (18/12), larangan tidur di kasur berkaitan dengan suatu mitos yang berkembang di kalangan masyarakat.

Tapi ternyata, tidak setiap jenis pembaringan dilarang, karena yang dimaksud dalam pantangan ini yaitu tempat tidur yang berbahan kapuk.

Selain itu, Dusun Kasuran ini terbagi menjadi dua zonasi dan masing-masing memiliki pandangan yang berbeda tentang larangan tersebut.

Baca Juga: Prediksi UMK Jatim 2025, Rate UMR Situbondo Masih Rp2 Jutaan, Terendah di Jawa Timur?

Masyarakat desa di Yogyakarta ini membuat pantangan tersebut sangat ketat dan dipatuhi, sehingga mereka sering menggunakan tikar saja.

Sementara itu, warga Dusun Kasuran Wetan, tradisi tersebut dipandang lebih longgar. Bahkan, para warganya sudah banyak yang menggunakan kasur berbahan busa maupun spring bed. 

Melansir dari Jurnal Kawistara bertajuk “Kasuran dalam Beragam Sudut Pandang Menurut Jejak-Jejak Cerita Tidur Tanpa Kasur di Dusun Kasuran,” yang ditulis oleh Saifuddin Zuhri Qudsy bersama rekan-rekannya.

Baca Juga: Padahal Cacat, Ini Alasan Uang Missprint Dihargai Hingga Jutaan Rupiah Per lembar

Terdapat sejumlah pandangan yang berbeda tentang asal muasal adanya larangan unik yang berkembang di tengah masyarakat Yogyakarta tersebut.

Dalam versi cerita yang diklaim bersudut pandang Islam, larangan ini bermula dari Sunan Kalijaga yang menganggap bahwa tidur di atas pembaringan nyaman memicu kemalasan.

Oleh karenanya, Sunan melarang keturunannya hingga mereka memiliki ilmu yang setara dengannya, kemudian pesan ini disampaikan secara turun temurun.

Adapun jika merujuk pada sejarah perang Diponegoro, dusun ini dulunya adalah sebuah tempat pesembunyian pangeran Diponegoro.

Pangeran sempat bersumpah bahwasannya tidak akan tidur di kasur sebelum peperangan berakhir, yang kemudian pernyataan tersebut menjadi simbol pengorbanan dan kesederhanaan.

Baca Juga: Daftar 10 Provinsi dengan UMP Tertinggi 2025, Ternyata Luar Pulau Jawa Paling Mendominasi

Selanjutnya, dalam versi cerita hindu era Majapahit, tradisi ini diklaim sudah ada sebelum Islam masuk ke tanah Yogya, bahkan menjadi praktik spiritual dan tapa brata yang menyimbolkan kesederhanaan.

Selain itu, ada pula versi mistisnya, loh! Yang menyatakan bahwa tradisi ini bermula dari santet yang menyerang Sunan Kalijaga saat tidur di pembaringan.

Lantas, demi menghindari nasib yang sama warga setempat dilarang demikian, pandangan ini juga meyakini bahwa jika melanggar, akan ada hukuman dari makhluk gaib.

Seiring berjalannya waktu, pandangan msyarakat sudah mulai terbuka dan berkembang, mereka menilai bahwa pantantan ini adalah simbol bahwa jangan terkena dengan kemewahan.

Namun, hingga saat ini, sebagian masyarakatnya masih mematuhinya, karena percaya bahwa jika dilanggar akan mendatangkan malapetaka, seperti sakit, rezeki seret dan bahkan kematian mendadak.***