
inNalar.com – Ternyata desa unik di Trenggalek ini memiliki 9.000 jenis durian lokal siap santap.
Tidak hanya memiliki ribuan jenis, desa ini juga memiliki hutan durian terluas se-Asia Tenggara dengan luasannya yakni sekitar 650 hektare.
Kampung Duren Sari, itulah nama dari pedesaan yang dipenuhi dengan buah berbau menyengat ini. Pada tahun 2020, permukiman ini menjadi salah satu destinasi wisata terbaik nasional dengan konsep CBT (Community Based Tourism).
Baca Juga: Kampung di Jakarta Timur Ini Unik, 38 Penduduk Wajahnya Kembar: Lokasinya 30 Menit dari Jakpus
Kampung durian ini terletak di Kampung Sawahan kecamatan Watulimo kabupaten Trenggalek. Jaraknya sekitar 38 km dari kota Trenggalek atau butuh waktu 1 jam perjalanan menggunakan mobil.
Sejarah Pembangunan Desa Wisata Duren Sari
Dilansir dari jadesta.kemenparekraf.go.id, kampung unik ini awalnya dibangun karena warga di sana merasa prihatin dengan kondisi pertanian yang melimpah tidak terpasarkan dengan baik dan kondisi lingkungan terutama sungai yang penuh dengan sampah dan kotoran.
Baca Juga: Dikonfirmasi Bank Indonesia, Terkuak 3 Uang Koin Ini Terbuat dari Emas Asli
Berkat kegigihan dan kemauan warga yang kuat, mereka bergotong royong dan berhasil melakukan konservasi lingkungan.
Masyarakat desa unik di pelosok Trenggalek ini membersihkan sumber air, memelihara sungai, dan melakukan rehabilitasi tanaman hutan, serta menggali potensi lokal yang ada di sana.
Pada tahun 2015, berbagai upaya yang dilakukan lantas diikuti dengan pembentukan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang diberi nama Pokdarwis Duren Sari.
Dengan komitmen dan usaha mereka, pada tahun 2017, Pokdarwis ini mendapatkan SK oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan kabupaten Trenggalek nomor. 556/141/35.03.025/2017.
Kampung unik ini pun menjadi desa wisata dengan banyaknya prestasi hingga saat ini dan bisa memanfaatkan kekayaan hutan terluas se-Asia Tenggara, salah satunya durian.
Keunikan dan Keindahan Desa Wisata Duren Sari
Salah satu keindahan yang ditunjukkan dari desa ini yaitu bentang alam International Durio Forestry (IDF). IDF merupakan hutan durian terluas se- Asia Tenggara 650 ha dimana pepohonannya sebagian besar sudah berumur ratusan tahun.
Menurut informasi, pepohonan ini ditanam pada zaman penjajahan dan masih tumbuh subur sampai sekarang.
Baca Juga: Ciri Ciri Koin Kuno 100 Rupiah Karapan Sapi yang Dijual Hingga Ratusan Ribu Rupiah
Seiring berjalannya waktu, Desa Duren Sari semakin dikenal dengan buah berbau harum ini . Pada November 2021, Presiden RI Ke-7, Jokowi datang dan menikmati durian ripto di ruang kantor Bendungan Tugu, Trenggalek.
Durian ini pun naik harga jual karena dipromosikan langsung oleh Jokowi dan diakui kelezatannya.
Pada tahun 2022 dan 2023, desa di Kabupaten Trenggalek ini selalu masuk nominasi Anugerah Desa Wisata (ADWI) yang diberikan oleh Kemenparekraf.
Baca Juga: Luar Biasa Unik! Penduduk Kampung Terpencil di Majalengka, Jawa Barat Fasih 8 Bahasa Tanpa Kursus
Saat ini untuk terus mengembangkan Desa Wisata Duren Sari agar tetap menjaga kearifan lokal, mereka membuat berbagai paket wisata menarik.
Diantaranya adalah Paket Wisata Alam, Wisata Budaya, Wisata Edukasi, Kuliner, Outbound, hingga Paket Wisata untuk Live In.
Untuk wisata budaya sendiri, para wisatawan di wista Trenggalek ini dapat belajar seni karawitan dan belajar huruf Jawa. Mereka akan mempelajari gending Jawa yang dipandu oleh ketua lembaga adat.
Baca Juga: Alasan Harga Koin Lama 5 Rupiah Gambar KB Tahun 1974 Melambung Tinggi Jutaan Rupiah
Tidak hanya itu, ada juga permainan tradisional seperti paseran. Paseran merupakan permainan seperti panahan zaman dahulu yang bahannya dari daun kelapa (blarak) sebagai anak panahnya.
Kemudian menggunakan bambu sebagai busurnya dan pelepah pisang (debok) sebagai sasaran.
Ada lagi permainan tradisional yang tidak banyak dikenal yakni gathok. Permainan ini dimainkan oleh beberapa orang dimana masing-masing pemain akan menancapkan tongkat ke lumpur. Bagi pemain yang tongkatnya roboh, maka akan dihukum dengan tubuhnya dileleti lumpur.
Wisatawan di sini dapat mengenal berbagai jenis durian mulai dari belajar pembibitan hingga pengolahan produk. Ketika waktu panen, mereka dapat menikmati buah yang jatuh langsung dari pohonnya.
Masyarakat juga membuat berbagai oleh-oleh khas desa, yakni olahan buah durian seperti grandul, keripik, dan masakan tradisional lainnya. Kemudian ada juga kerajinan bambu, kain batik, dll.***