inNalar.com - Salah satu kekayaan alam Indonesia yang dimiliki adalah Nikel.
Dalam mengolah hasil tambang, maka di Kalimantan Timur dibangunlah smelter Nikel.
Meskipun ternyata pembangunan pabrik smelter Nikel di Kalimantan Timur ini sebelumnya pernah mangkrak, atau ditinggalkan.
Smelter Nikel tersebut adalah yang berada di daerah Kariangau, Balikpapan, Kalimantan Timur.
Adapun smelter Nikel di daerah Kariangau Balikpapan Barat sendiri akan dibangun oleh PT Mitra Murni Perkasa (MMP).
Smelter nikel milik PT Mitra Murni Perkasa di Kalimantan Timur ini nantinya akan menggunakan teknologi Rotary-Kiln Electric Furnace (RKEF), yang berada di lahan seluas 22,75 hektar.
Baca Juga: Letaknya di Pedalaman Hutan Belantara, Perkampungan Kecil di Bojonegoro Jawa Timur Ini Namanya...
Smelter Nikel di Kalimantan Timur ini nantinya akan memproduksi baterai, yang mana akan diperuntukan juga untuk kendaraan listrik.
Sebenarnya rencana pengembangan smelter Nikel di Kariangau ini telah dilakukan sejak tahun 2020.
Selama tahun tersebut, PT Mitra Murni Perkasa telah melakukan studi kelayakan, persiapan lahan, sekaligus perjanjian kerja sama pasokan listrik dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).
Tidak hanya itu, perusahaan tersebut juga melakukan pembangunan fasilitas jetty oleh PT PP (Persero), dan melakukan penandatanganan kontrak Engineering, Procurement and Construction (EPC) bersama dengan China ENFI.
Dilansir inNalar.com dari kaltimprov.go.id, pembangunan smelter nikel di Kariangau ini menelan investasi sebesar Rp. 6,5 triliun.
Artikel Terkait
Gunakan Teknologi Pirometalurgi, Tambang Raksasa di Sulawesi Selatan Ini Keruk 75,000 Metrik Ton Nikel
Mulai Garap Proyek Smelter Nikel Senilai Rp37,5 T di Sulteng, Vale Indonesia Siap Serap Ribuan Tenaga Kerja
Smelter Nikel Berkapasitas 33.000 Metrik Ton di Sulawesi Selatan Ini Ternyata Dibangun Mantan Wapres RI
Gandeng China! Peresmian Smelter Nikel Rp30 Triliun di Kalimantan Timur Ini Mampu Olah 4,5 Juta Ton Per Tahun
Jadi Penghasil Nikel Terbesar di Dunia, Indonesia Gaet Investasi Senilai Rp142 Triliun dari Korea Selatan