Duduk di kursi kayu, mataku menantang purnama
Gejolak rasa tak mampu ku lawan
Berharap sebuah kabar di tengah gempita malam Jogja
Satu jam berlalu, dering handphone tak kunjung ku dengar
Entahlah, Adinda!
Tiap detik ini, aku meridukan senyum seringai cantikmu
Ku coba hapuskan rasa
Rasa di mana kau melayang jauh dari mimpiku, juga jiwaku
Biarlah
Hariku terbelenggu menyimpan cantikmu
Tapi, kau bisikkan kata cinta
Dan kau tlah percikkan rasa sayang
Lantas apa yang harus aku lakukan
Inferior di tengah malam
Atau menemani senja menjemput petang?
Perihal hati, aku bukan orang yang mudah jatuh cinta
Bukan pula orang yang mudah mengubah rasa
Jika namamu sudah tertulis di dada, sangat sulit tuk dihapusnya
Apalagi perihal rasa, jujur aku tak bisa mengingkari
Segenap hatiku kamulah pemilik tunggalnya
Dan yang harus kamu tahu, saat ini engkaulah segala emosiku
Sedih, tawa, cemburu dan bahagiaku adalah kamu